Senin, 24 Juli 2017

MEMULAI CERITA DI SAYUNG DEMAK


Hari ini adalah hari kedua saya menginjakkan kaki di kecamatan Sayung Demak. Beberapa waktu lalu saya dan lima orang teman datang ke sini untuk tujuan survei awal guna melengkapi pembuatan proposal tesis. Kedatangan kami dahulu terasa begitu menyenangkan dan penuh dengan cerita-cerita seru. Namun cerita itu tidak akan saya uraikan lebih jauh, karena saya ingin bercerita tentang pengalaman hari ini. 

Pada hari kedua ini, tak kalah menariknya dibandingkan dengan kedatangan pertama saya. Ada beberapa hal yang menurut saya menarik untuk diceritakan. Oleh karenanya untuk menghindari kebosanan anda, maka langsung saja check it’s out.

Pada keberangkatan saya kali ini, saya ditemani hanya oleh seorang teman, namanya Fika. Ia adalah gadis yang berkacamata, menggunakan kawat gigi dan bersuara besar, namun semangat juangnya begitu tinggi, setauku itu. Berbeda dengan kedatangan saya sebelumnya yang berangkat dengan lima orang teman menggunakan tiga sepeda motor. Saat ini kami hanya berdua saja, namun sama menggunakan sepeda motor juga. Saya sebagai pengemudi dalam perjalanan ini, tentunya saya tidak tega melihat seorang Fika memboncengi saya, apa kata dunia kalau sampai dia jadi rider di depan dan saya duduk manis dan kemayu di belakang, kan lucu. 

Sebelum berangkat, kami memastikan segala perlengkapan yang akan dibawa. Setelah dirasa cukup lengkap, kami akhirnya berdoa. Start dari Solo menuju Sayung Demak sekitar pukul 08.30 WIB, dan kami berusaha menikmati perjalanan pada pagi yang cerah itu.

Ada hal menarik sebelum kami sampai di Demak. Pertama, ketika memasuki daerah Ungaran, kami nyaris menabrak bapak-bapak yang secara spontan berbelok di depan kami yang datang dari arah berlawanan. Tanpa merasa berdosa ia melakukan kecerobohan itu, kira-kira posisinya sekitar setengah meter di hadapan kami. Untung saja dengan sigap saya mengerem dengan sekuat tenaga dan menahan keseimbangan. Para pengendara motor di belakang kami yang ditelinga saya seperti suara ibu-ibu sampai berteriak histeris melihat kejadian di depan mata kepalanya itu. Namun untung saja Tuhan masih berpihak pada kami, dan itu tentu patut disyukuri sabesar-besarnya.

Tak hanya itu, ketika kami sampai di daerah Semarang, lebih tepatnya di kawasan terminal Terboyo kami berdua benar-benar terjatuh dari atas motor. Namun lagi-lagi kami mengucapkan syukur atas kejadian ini, kali ini juga kami terselamatkan. Sebenarnya, penyebab kecelakaan itu adalah ulah ugal-ugalan salah seorang pengendara motor yang juga terjatuh tepat di depan kami. Saya tak kuasa menghindar dari orang itu, ia terpleset oleh pasir di atas aspal dengan kondisi yang licin itu. Ramainya orang berlalu lalang, juga menjadi pemicu kecelakaan itu. Tepatnya dapat dikatakan sebagai tabrakan beruntun, kami terjatuh tepat setelah ia terjatuh terlebih dahulu. Untung saja, ia juga sepertinya tidak mengalami luka yang cukup parah dan bisa melanjutkan perjalanannya. Begitu pula dengan kami, hanya sedikit luka di tangan saya yang sedikit perih dan ditambah dengan panas terik matahari yang menyengat kulit. Namun semuanya baik-baik saja. Fika tidak apa-apa, namun roknya yang tepat di bagian lutut sedikit sobek. Begitu pula dengan celana jeans yang saya kenakan, hanya sobek sedikit saja, dan syukurnya kami dapat melanjutkan perjalanan dengan tenang.

Akhirnya kami sampai di Sayung Demak pada pukul 12.05 WIB, tepat setelah adzan zuhur berkumandang. Sesampai di sana, kami langsung menuju salah satu masjid yang bernama Masjid Jami’ Purwosari Sayung. Di Masjid inilah kami melaksanakan ibadah shalat Zuhur dan menunggu salah seorang teman. Ia adalah seorang warga asli Sayung yang bernama Hanif. Ia anak muda yang baik dan cerdas, saat ini menjadi relawan di PMI Demak.

Hanif kemudian mengajak kami ke rumahnya dan memperkenalkan kami dengan orang tuanya yang juga tak kalah baik dan ramahnya. Kami dipersilahkan duduk dan diperlakukan dengan baik layaknya tuan rumah yang baik kepada tamu pada umumnya. Suguhan makanan ringan dan minuman pun bermunculan di hadapan kami. Tak lupa kami juga memberikan bingkisan sebagai bentuk oleh-oleh kepada keluarga ini. Mereka begitu terbuka dan menyambut kedatangan kami dengan baik, semoga saja Allah membalas semua kebaikannya.

Beberapa menit ngobrol dan beramah tamah, Hanif mengajak kami ke rumah salah seorang keluarganya yang katanya sebagai pemilik dari rumah kosong yang akan kami tempati. Sesampai di sana kami bertemu dan berbicara mengenai niat kami untuk menempati rumahnya untuk sementara waktu, sampai kegiatan penelitian kami berakhir nantinya. Bapak itu pun berbicara banyak hal tentang rumahnya itu. Yang tak lupa pula harus disyukuri juga, kami tidak dibebankan untuk membayar biaya menginap, melainkan hanya membayar tagihan listrik dan air yang kami gunakan di rumahnya itu, Alhamdulillah.

Setelah pembicaraan usai, kami kemudian pamit dan ia memberikan kunci rumah itu kepada kami. Langsung saja, kami seperti bakti sosial membersihkan tempat baru kami ini. Rumah ini dapat dikatakan cukup megah untuk ukuran rata-rata rumah di desa ini. Maklum, pemiliknya adalah salah seorang pengusaha tahu tempe yang sukses. Rencananya rumah ini didirikan untuk putranya yang akan menikah nantinya sekitar enam bulan mendatang, namun saat ini putranya itu masih menunggu calon istrinya yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang sana. Kondisi rumah ini cukup baik, dan menurut Hanif rumah ini baru jadi dibuat sebelum puasa lalu.

Akhirnya semuanya beres, mulai dari teras depan dalam, kamar tidur, kamar mandi, halaman depan juga bersih dari sampah yang sebelumnya berserakan dan tak terawat dengan baik. Kami akhirnya dapat beristirahat malam ini dengan tenang. Ke depannya disinilah kami akan banyak berdiskusi tentang segala hal yang terkait dengan penelitian kami. Tentu saja juga sebagai tempat melepas lelah ketika seharian berjibaku dengan seabrek kegiatan kami dalam mengais data penelitian. Saya, Fika dan Hanif pada akhirnya menjadi penghuni baru di rumah ini. 

Besok pagi, tepatnya hari Minggu 15 September 2013, rombongan dosen dan beberapa teman akan berkunjung ke sini (Sayung) dalam rangka penelitian itu juga, mengingat ini adalah penelitian kami ini baigian dari dosen kami itu. Semoga saja cerita-cerita ke depannya bisa lebih menarik dan dapat diambil hikmah dan dapat dipetik pelajaran darinya. Harapan tidak boleh padam. Tentu saja saya terus berharap agar semuanya berjalan dengan baik. Hanya usaha dan doa yang kami lakukan, selebihnya hanya Allah lah maha menentukan.

Sayung Demak, 14 September 2013
--Hasrul Hadi--





Komentar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar