Pada tanggal 12 Rabiul Awal 1440 H di Masjid Miftahul Jannah Desa Korleko berlangsung peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Peringatan tersebut diisi dengan kegiatan pengajian. Doktor Tuan Guru Haji Abdul Aziz Sukarnawadi, Lc, MA hadir sebagai penceramah yang kemudian menguraikan hikmah dan hal penting seputar kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan beberapa hal penting antara lain tentang pentingnya mensyukuri kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW mengingat kelahiran beliau adalah anugerah sekaligus nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT. Selain itu diuraikan pula keuntungan pahala bagi yang merayakan dan mengagungkan maulid Nabi Besar Muhammad SAW, terutama bagi yang menyiapkan acara, penyedia makanan, tamu pengajian, berkah makanan, dan sebagainya.
Hari ini, tepatnya hari Ahad, 17 Rabiul Awal 1440 Hijriah bertepatan dengan tanggal 25 November 2018 acara peringatan maulid kembali dirayakan. Kali ini dilaksanakan di Masjid Jami' Assholeh Desa Korleko. Ada beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan sebwlum acara pengajian tiba. Di antaranya acara khitanan masal dan juga cukuran masal. Ada hal yang menurut saya cukup menarik pada kegiatan sunatan masal dan cukuran masal ini. Jika khitanan masal dihajatkan bagi anak laki-laki yang belum dikhitan, maka cukuran dihajatkan bagi bayi yang baru lahir. Mungkin dalam tinjauan agama banyak diuraikan melalui dasar hadits nabi yang memerintahkan kita untuk mengakikah bayi yang baru lahir dengan menyembelih kambing, memberi nama dan mencukur. Namun, saya hanya ingin mencoba memandang dari perspektif yang berbeda. Misalnya dari segi aspek ekonomi, dengan adanya kegiatan khitanan dan cukuran masal yang diselenggarakan oleh pengurus masjid ini maka sedikit tidak cukup meringankan beban biaya bagi masyarakat kurang mampu. Karena pada umumnya, jika cukuran dan khitanan dilaksanakan secara mandiri oleh setiap masyarakat yang berhajat tentu mereka harus siap mengeluarkan biaya. Padahal kondisi ekonomi masyarakat tidak semuanya mampu. Inilah berkahnya berjamaah. Untuk biaya tenaga medis yang mengkhitan (sunat) misalnya, biayanya bisa ditanggulangi secara bersama, sehingga lebih hemat. Biaya untuk konsumsi (Snack dan makan siang) bisa ditanggulangi bersama dengan membawa dulang (Baki) berisi snack maupun makan siang yang sebelumnya diberikan kupon. Hanya saja penyembelihan hewan akikah tetap harus dilaksanakan secara mandiri bagi setiap anggota masyarakat. Akan tetapi setidaknya dengan melaksanakan secara masal, berjamaah atau bersama-sama beban biaya akam terasa lebih ringan. Selain itu, nuansa silaturrahmi juga terasa lebih kental. Ini disebabkan banyaknya masyarakat yang hadir di acara ini. Selain itu, budaya gotong royong juga lebih terasa.
Korleko, 25 November 2018
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama Ia tidak menulis, Ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -- Pramoedya Ananta Toer
Sabtu, 24 November 2018
Minggu, 12 Agustus 2018
Suasana Mencekam di Lombok Pasca Gempa
Gempa yang terjadi berulang-ulang membuat kepanikan dan keresahan tersendiri bagi masyarakat Palau Lombok. Bagaimana tidak, gempabumi berkekuatan 6,4 Skala Richter pada hari Ahad, 29 Juli 2018 menghentak dan mengejutkan masyarakat Lombok. Korban meninggal mulai berjatuhan, rumah-rumah warga mengalami kerusakan, bahkan tak sedikit yang rusak total. Suara tangis silih berganti terdengar. Sirine mobil Ambulance seolah mengiringi tangis pilu para korban.
Tak cukup sampai di situ. Gempa susulan terus tetjadi. Bahkan kekuatannya melebihi gempa pertama. Ahad malam, 5 Agustus 2018 sekitar pukul 19.30 wita, gempa kembali mengguncang dengan kekuatan 7.0 SR dengan lokasi terparah berada di Kabupaten Lombok Utara. Ratusan korban meninggal dunia, disertai dengan ribuan korban luka. Tak hanya itu, gempa susulan terus terjadi. Pasca gempa utama (7SR) terjadi, tercatat gempa dengan kekuatan 6,2 Skala Richter. Hal ini menambah kerusakan dan korban jiwa di wilayah Kota Mataram dan sekitarnya.
Suasana semakin mencekam dengan merebaknya berbagai isu negatif. Ada isu akan terjadinya tsunami, gempa susulan yang lebih besar dan dahsyat, isu pencuri dan perampok, serta berbagai informasi tak jelas yang justru menambah suasana panik dan keresahan bagi masyarakat. Tetutama informasi yang tersebar cepat malalui media sosial.
Hampir di setiap rumah warga dipsang tenda-tenda darurat dari terpal dan bahan seadanya. Seolah tak ada bedanya antara masyarakat terkena dampak gempa dengan masyarakat tak terdampak. Mereka sama-sama merasakan kekhawatiran yang tinggi. Mereka dihantui oleh bayang-bayang akan terjadinya gempa susulan dengan kekuatan yang lebih besar. Sehingga merelakan diri tidur di bawah tenda darurat ketika malam tiba.
Doa-doa terus dipanjatkan. Hampir setiap masjid tak pernah sepi dari kegiatan istigosah, zikir dan doa bersama. Tak lain hanya untuk menenangkan diri, manjauhkan kekhawatiran dan keresahan serta tentunya sebagai harapan agar bencana gempa ini cepat berakhir dan kehidupan normal kembali seperti sedia kala.
Korleko, 12 Agustus 2018
Di bawah tenda darurat. Ditemani angin malam dan taburan bintang-bintang.
-HH
Tak cukup sampai di situ. Gempa susulan terus tetjadi. Bahkan kekuatannya melebihi gempa pertama. Ahad malam, 5 Agustus 2018 sekitar pukul 19.30 wita, gempa kembali mengguncang dengan kekuatan 7.0 SR dengan lokasi terparah berada di Kabupaten Lombok Utara. Ratusan korban meninggal dunia, disertai dengan ribuan korban luka. Tak hanya itu, gempa susulan terus terjadi. Pasca gempa utama (7SR) terjadi, tercatat gempa dengan kekuatan 6,2 Skala Richter. Hal ini menambah kerusakan dan korban jiwa di wilayah Kota Mataram dan sekitarnya.
Suasana semakin mencekam dengan merebaknya berbagai isu negatif. Ada isu akan terjadinya tsunami, gempa susulan yang lebih besar dan dahsyat, isu pencuri dan perampok, serta berbagai informasi tak jelas yang justru menambah suasana panik dan keresahan bagi masyarakat. Tetutama informasi yang tersebar cepat malalui media sosial.
Hampir di setiap rumah warga dipsang tenda-tenda darurat dari terpal dan bahan seadanya. Seolah tak ada bedanya antara masyarakat terkena dampak gempa dengan masyarakat tak terdampak. Mereka sama-sama merasakan kekhawatiran yang tinggi. Mereka dihantui oleh bayang-bayang akan terjadinya gempa susulan dengan kekuatan yang lebih besar. Sehingga merelakan diri tidur di bawah tenda darurat ketika malam tiba.
Doa-doa terus dipanjatkan. Hampir setiap masjid tak pernah sepi dari kegiatan istigosah, zikir dan doa bersama. Tak lain hanya untuk menenangkan diri, manjauhkan kekhawatiran dan keresahan serta tentunya sebagai harapan agar bencana gempa ini cepat berakhir dan kehidupan normal kembali seperti sedia kala.
Korleko, 12 Agustus 2018
Di bawah tenda darurat. Ditemani angin malam dan taburan bintang-bintang.
-HH
Rabu, 30 Mei 2018
MAHASISWA LPTK DAN PELUANG KERJA PASCA LULUS
Hasrul Hadi, M.Pd
(Dosen FKIP Universitas
Hamzanwadi)
Wisuda
menggambarkan acara seremonial kelulusan dan penetapan gelar dari perguruan
tinggi. Tergambar senyum bahagia dan penuh haru dari para wisudawan maupun
orang tua dari para wisudawan. Ini menandakan bahwa berakhirnya masa studi dan
dibukanya lembaran baru pasca studi di dunia nyata. Yakni dunia masyarakat.
Kebahagiaan
pada saat wisuda itu sering kali tidak bertahan lama. Dalam hitungan hari
keceriaan pada saat wisuda itu berubah menjadi kegelisahan dan kegamangan.
Sarjana yang baru saja lulus sudah mulai dengan pikiran-pikiran mengenai masa
depan, khususnya masalah pekerjaan. Mulai muncul perasaan tidak nyaman terus
bergantung kepada orang tua. Meski tidak semua sarjana di awal kelulusannya
seperti itu, namun ini adalah kondisi umum yang dialami oleh sarjana yang baru
saja lulus.
Info
lowongan kerja di berbagai media masa maupun internet terus diburu. Sharing dan
tukar informasi dengan teman dan sahabat tak henti dilakukan. Setiap ada
lowongan kerja tak lupa ikut serta memasukkan lamaran. Namun mengingat
persaingan yang begitu ketat sering kali membuat kemungkinan diterima bekerja
menjadi semakin kecil, bahkan sirna.
Akhirnya kembali lagi pada
kebingungan dan kegamangan. Pilihan terakhir, dari pada tidak bekerja, biasanya
sarjana baru ini tidak perduli dengan bidang yang digelutinya selama kuliah.
Apapun peluang kerja yang ada langsung diambilnya tanpa pikir panjang. Semua
gengsi terpaksa dibuang jauh-jauh dan akhirnya cukup mampu menjadikannya bisa
bertahan hidup meskipun dengan berbagai macam rintangan dan tantangan. Salah
satu tantangan yang sering mengganjal adalah ketidaksesuaian pekerjaan dengan
bidang yang digeluti selama kuliah. Hal ini terjadi karena pekerjaanlah yang
mengatur si sarjana tadi bukan ia yang menentukan sendiri apa yang harusnya ia
kerjakan. Sering kali fenomena ini menyisakan tekanan dalam batin mereka.
Jadilah mereka pekerja-pekerja yang kurang bersemangat, sarat dengan keluhan.
Masa depan tak seindah bayangan mereka dulu ketika masih kuliah.
Perlunya menciptakan peluang
Peluang
itu sebaiknya bukan ditunggu, tapi diciptakan. Begitulah kira-kira ungkapan
yang sering kita dengar dari para motivator. Tentunya itu merupakan ungkapan
yang tidak salah. Masalahnya sering kali sarjana hanya menunggu, bukan
menciptakan peluang kerja bagi diri mereka. Hanya sebagian kecil dari mereka
yang bekerja berdasarkan hasil jerih payah mereka sendiri dalam menciptakan
peluangnya. Sisanya hanya menunggu datangnya peluang kerja.
Sarjana
yang lulus dari Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) tentunya sudah
paham akan tujuannya dipersiapkan menjadi seorang guru. Jika sarjana pendidikan
ini memang serius untuk menjadi guru hendaknya itu harus sudah dipersiapkan
sejak masa masih menjadi mahasiswa. Sehingga setelah lulus peluang menjadi guru
semakin terbuka lebar. Sehingga tujuan yang diinginkan bisa diwujudkan lebih
cepat dengan cara yang lebih mudah. Persiapan dan kerja keras adalah suatu hal
yang penting untuk menciptakan peluang sekaligus mencapai apa yang kita
inginkan. Bruce Lee pernah berkata “persiapan untuk hari esok adalah kerja
keras hari ini”. Ini artinya jika ingin sukses di masa depan maka hari inilah
yang menjadi penentunya. Kita isi dengan apa hari ini, kerja keras atau hanya
santai saja. Pertanyaan ini kembali kepada diri kita masing-masing.
Menjawab
kegelisahan dan kegamangan itu saya ingin memberikan sebuah gambaran bagaimana
peluang menjadi guru itu bisa diciptakan. Terutama sejak masih menjadi
mahasiswa aktif di sebuah LPTK. Pertama,
mahasiswa hendaknya aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Terutama
organisasi yang terkait langsung dengan bidang pendidikan di sekolah. Misalnya
saja pramuka, PMR, Kelompok Karya Tulis Ilmiah, Marching Band, dan sebagainya.
Aktif dalam kegiatan organisasi akan mengasah kemampuan mahasiswa dalam bidang
kepemimpinan dan manajerial serta mengasah keterampilan mahasiswa dalam bidang
organisasi yang digelutinya. Kedua,
mahasiswa hendaknya melibatkan diri menjadi guru relawan (volunteer teacher). Terutama bagi anak-anak putus sekolah yang
kurang mampu, membuka kelas sore non-formal untuk berbagai pengetahuan dan
keterampilan seperti baca tulis, membaca alquran, kerajinan tangan, seni dan
olah raga, membuat komunitas literasi seperti membaca dan menulis bagi
anak-anak, dan sebagainya. Ketiga,
dari dua langkah sebelumnya maka perlu adanya jejaring. Mahasiswa hendaknya
membangun komunikasi dengan berbagai pihak terutama pihak sekolah untuk mendermakan
ilmu dan keterampilan yang dimilikinya. Awalnya bisa saja menjadi relawan di
sekolah yang bersangkutan, lambat laun sambil meningkatkan keterampilan dan
kompetensi serta dedikasi yang tinggi, maka besar kemungkinan akan direkrut
menjadi guru tetap di sekolah bersangkutan. Keempat,
bisa saja dengan potensi diri berupa kompetensi dan keterampilan dalam bidang
kepemimpinan dan manajerial yang diperoleh dari organisasi digunakan untuk
menghimpun rekan sejawat yang nasibnya sama untuk membangun sebuah lembaga
pendidikan. Baik berupa lembaga sekolah, lembaga pelatihan atau training,
maupun lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan.
Memang,
hasil pemikiran ini tak selamanya bisa mengantarkan pada tujuan menjadi seorang
pendidik (guru). Mengingat berbagai kondisi yang dihadapi tidak sepenuhnya sama
dan berulang. Namun semua itu tergantung dari seperti apa kita merencanakan
serta bekerja keras untuk mewujudkan tujuan yang kita harapkan.
Korleko, 31
Mei 2018
Selasa, 29 Mei 2018
RENUNGAN DI BULAN PENUH RAHMAT
Saat ini kita sudah memasuki
hari ke 14 dari bulan yang sangat mulia, bulan Ramadhan 1439 H. Sepertinya kita
harus setiap hari mengevaluasi apa saja yang telah kita lakukan pada bulan ini.
Terutama ibadah yang kita lakukan. Bagaimana dengan shalat wajib kita, apakah
sudah tepat waktu atau belum, berjamaah atau belum. Bagaimana dengan shalat
sunnah kita, Shalat duha, tahajjud, rawatib, dan shalat-shalat sunnah yang
lain. Bagaimana dengan bacaan Al-Qur'an kita, rutin terjadwal, setiap ada waktu
luang atau masih jarang membaca, menghafal dan memahami maknanya. Sedekah kita
bagaimana, sudahkah kita memberikan rizki terbaik kita kepada sesama yang
membutuhkan. Sudahkah kita berbuat baik kepada keluarga, kerabat dan
sahabat-sahabat kita. Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Mari Kita
Renungkan masing-masing.
Selamat Berpuasa, Semoga
Berkah..!!!
Aamiin..!!
Rabu,
30 Mei 2018
--Hasrul
Hadi
Langganan:
Postingan (Atom)
Implementation of Open-Ended Approach to Improves Learning Outcomes in Social Studies-Geography of Junior High School
Untuk Membaca/Download ==> KLIK DI SINI
-
1. Download Surat Keterangan Tracer Study (Pengisian 14 Februari 2023 - 15 Agustus 2023) 2. Download Surat Keterangan Tracer Study (Pengis...
-
1. Download Surat Keterangan Tracer Study (Pengisian 27 Juni - 10 Agustus 2022) 2. Download Surat Keterangan Tracer Study (Pengisian ...
-
Materi perkuliahan (PPT) dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-7 serta tugas dapat diunduh DI SINI