Sumber: Dokumen Penulis |
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama Ia tidak menulis, Ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -- Pramoedya Ananta Toer
Selasa, 31 Oktober 2017
FOR MY BELOVED HASNA ELFARIZA
PAK TANI, RIWAYATMU KINI
Sumber : Google.com |
MENULIS; ANTARA MIND MAPING DAN FREE WRITING
Sumber: Google.com |
BUDAYA COPY-PASTE DAN PRODUKTIVITAS MENULIS KITA
Oleh : Hasrul Hadi
Kemajuan teknologi komunikasi seperti saat ini mengelompokkan manusia pada dua kutub yang berbeda. Khususnya terkait dengan produktivitas menulis. Di kutub pertama ada orang-orang yang produktif menulis dan di kutub lainnya terdapat pula orang-orang yang tidak produktif. Ada yang hanya sebagai penikmat tulisan saja. Dan yang lebih parah lagi ada pula orang-orang yang bukan penulis dan bukan penikmat tulisan.
Pada kutub pertama, terdapat kelompok yang produktif menulis. Intensitas menulisnya sangat tinggi. Tentunya dengan berbagai alasan mereka masing-masing. Ada yang beralasan menulis untuk menebar kebaikan dan ibadah. Ada pula yang ingin nenyebarluaskan ilmu pengetahuan dan gagasannya melalui tulisan. Menulis karena pesanan (politik, ekonomi, popularitas), serta berbagai alasan menulis lainnya.
Saya ingin menyoroti ramainya berbagai tema tulisan yang beredar di media sosial. Khususnya di Facebook dan grup-grup Whatsapp (karena saya aktif di dua medsos tersebut). Sering kali saya menemukan tulisan-tulisan cukup panjang. Baik tentang keberhasilan, pengalaman hidup, sebuah gagasan dan pemikiran, motivasi, dan berbagai jenis tulisan lainnya yang tentunya bernuansa positif. Tidak hanya dari satu orang, bahkan satu tulisan yang sama titik komanya pernah saya baca dari postingan tiga orang yang berbeda. Dan tidak hanya tulisan itu, pada tulisan lainnya juga pernah terjadi demikian. Saya berpikir, ini ada masalah dengan budaya tulis-menulis kita.
Kita pada akhirnya menjumpai orang-orang yang berada di kutub satunya lagi. Yakni, kutub di mana terdapat kelompok orang yang pekerjaannya membaca hasil tulisan orang lain (bahkan hanya judulnya saja) kemudian membagikannya ke berbagai grup FB dan WA serta tak jarang pula langsung diposting sebagai status.
Kebiasaan berbagi tulisan yang positif ini tidak selamanya salah. Bahkan baik bagi orang lain yang dapat memetik manfaat dari tulisan itu. Tapi sadarkah kita, bahwa secara tidak langsung kita menumpulkan bahkan mematikan produktivitas menulis diri kita sendiri. Kita terlalu disibukkan dengan membaca dan membagikan tulisan orang lain. Dan kita lupa bahkan semakin tidak percaya diri dengan tulisan kita sendiri. Karena secara tidak langsung, alam bawah sadar kita memaksa kita menyanjung tulisan orang lain dan minder dengan tulisan sendiri. Maka tak heran kita lebih percaya diri membagikan tulisan orang lain daripada tulisan sendiri.
Jika sudah tertancap kuat keinginan menjadi penulis, maka sebaiknya kita belajar percaya diri dengan tulisan kita sendiri. Kita penuhi linimasa dan grup-grup media sosial kita dengan karya tulis kita sendiri. Tebarkan manfaat sebanyak mungkin. Khairunnas Anfauhum Linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya (Alhadits).
Akhirnya kembali kepada diri kita masing-masing. Kita mau berubah menjadi penulis produktif, atau masih terus memelihara hobi copy and paste tulisan orang lain. Tulisan orang lain viral dan menebar manfaat. Sementara kita belum menulis satupun tulisan. Semoga ini menyemangati kita semua.
Selamat menulis,
#BeActiveWriter
Korleko, 23 Oktober 2017
--HH
TARGET; Energi Sebuah Perjuangan
Oleh : Hasrul Hadi
Saya yakin anda pernah merasa malas, tak semangat, atau uring-uringan tidak jelas. Jujur saja, saya pun pernah merasakannya. Bahkan tidak sekali, berkali-kali. Melalui tulisan ini saya ingin sedikit berbagi pengalaman, sekaligus juga sebagi penyemangat dan pengingat bagi diri sendiri yang terkadang lupa dan seringkali merasa jenuh dan tak semangat. Saya sarankan mulai sekarang anda buat target yang jelas. Sekali lagi TARGET yang JELAS. Lalu berjuanglah untuk mencapainya. Di buku-buku motivasi atau dari video-video motivasi bahkan sering kali dijelaskan untuk menulis bahkan memvisualisasikan target itu dalam bentuk gambar. Itu bagus juga anda coba. Kalau saya paling cuma sampai ditulis saja. Semakin jelas targetnya, dan semakin kuat keinginan anda untuk terwujudnya target tersebut, maka hal itu akan memperbesar usaha dan perjuangan anda. Itu semua akan memperbesar energi anda. Lalu apa yang terjadi jika tidak ada target? Ada orang yang mengumpamakan seseorang yang tidak memiliki target itu ibarat sesuatu benda yang mengambang dan hanyut di atas air sungai. Dan biasanya, yang mengambang itu adalah (maaf) kotoran.� Memang sebagian dari kita ada yang berprinsip "biarlah kehidupan saya mengalir seperti air". Anda sah-sah saja berprinsip seperti itu. Tapi bagi saya itu pandangan yang akan menjadikan anda semakin tidak jelas arah hidupnya dan rentan dikendalikan keadaan, rentan pula didikte dan mebghabiskan energi untuk keuntungan orang lain. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman hidup saya. Tidak hebat memang. Mungkin banyak yang lebih hebat dari pengalaman saya. Cuma tak ada salahnya berbagi. Ini juga sebagai penyemangat diri saja. Ini cara saya menyemangati diri ketika mulai lesu. Dengan cara mengingat dan mencoba berbagi atas cerita positif dari serpihan hidup saya. Meskipun itu kecil. Meskipun itu akan terdengar sangat lumrah dan biasa saja. Baiklah, kelamaan ceramahnya..� Begini. Ini cerita ketika saya membuat target lulus 2 tahun tepat ketika menempuh pendidikan S.2 di kota Solo, Jawa Tengah. Kenapa saya punya target selesai dalam jangka waktu 2 tahun? Padahal itu memang standar waktu biasanya orang menempuh S.2? Betul memang, tapi apa semua orang mampu dan ingin selesai selama 2 tahun? Belum tentu. Salah satu contoh saya pernah main ke asrama Lombok Timur di Jogja. Di sana saya berkenalan dengan salah seorang mahasiswa di sana, ternyata dia sudah 10 tahun tinggal di sana. Itu dimulai sejak semester 1 jenjang S.1 dan ketika saya berkenalanpun masih S.1. Dalam hati saya berkata "mungkin ini orang mau nyalon jadi kadus di jogja". � Dan itu baru satu contoh. Kasus seperti ini saya tahu cukup banyak. Malahan orang-orang seperti ini sering menganggap diri mereka sebagai orang yang menjalankan long life education, pendidikan seumur hidup. Salah kaprah.� Kembali ke cerita awal. Selain alasan banyak orang yang kelolosan, saya juga ingin wisuda tepat waktu karena kangen kampung halaman, meski lupa halaman ke berapa, kangen dengan masakannya, kangen dengan suasananya, kangen keluarga, dan yang pasti kangen sama seseorang yang spesial �. Selain itu, saya juga merasa terlalu banyak membebani orang tua. Maklum saya masih dibiayai orang tua pada waktu itu. Dan banyak hal lain juga yang tidak bisa saya sebutkan di sini menjadi pemicu saya selesai tepat waktu. Selama 2 tahun itu, sejak mendaftar sampai wisuda saya tidak pernah pulang. Jika dihitung-hitung, saya menjalani 2 kali idul adha dan 1 kali idul fitri di Solo. Yang paling sedih ketika idul fitri sendirian di kost. Untung ibu kostnya baik hati. Jadi sedikit tidak bisa menghibur hati. Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama menuntut ilmu. Susah, Sedih, senang, pernah saya rasakan. Apalagi menjelang akhir masa-masa menuntut ilmu. Saya selama 3 bulan penelitian di pesisir utara jawa tengah. Tepatnya di kecamatan Sayung, Demak. Cukup banyak tantangan. Untungnya warga di sana baik-baik orangnya dan mwnerima saya dengan baik pula. Selain itu saya sangat bersyukur memiliki teman-teman yang baik. Selalu mensuport. Membantu ketika dibutuhkan, menghibur dikala susah dan sesih. Begitu pula doa dan dukungan keluarga yang tak kalah pentingnya. Intinya semua itu memperbesar energi saya untuk mewujudkan target yang sudah saya tentukan. Akhirnya tepat tanggal 8 Maret 2014 saya wisuda. Keluarga hadir menemani di hari bahagia itu. Meski tidak berprestasi, setidaknya saya mampu memberi kabar baik bagi keluarga atas usaha dan doa saya selama ini. Saya punya tekad menotong mata rantai kemiskinan dan kebodohan di keluarga kami. Saya terus berharap mudah-mudahan jejak saya ini bisa diikuti oleh anggota keluarga yang lain. Bahakan melebihi apa yang pernah saya capai. Itulah harapan yang tak pernah padam di hati saya. Kembali berbicara masalah target. Itu hanya satu dari sekian banyak target yang pernah saya buat dan berhasil. Tapi tak sedikit target yang saya buat juga belum terwujud. Tapi saya yakin usaha dan doa akan mengantarkan saya pada terwujudnya target tersebut. Pesan saya. Bagi anda yang pernah memiliki target dan akhirnya tetwujud, berbagilah. Jika belum punya target, maka dari sekarang buatlah target-target yang baik dan jelas. Libatkan Allah dalam setiap ikhtiar. Insyaalloh kebahagiaan dan keberhasilan akan dekat denganmu saudaraku. Wallohualambissawab.
Saya yakin anda pernah merasa malas, tak semangat, atau uring-uringan tidak jelas. Jujur saja, saya pun pernah merasakannya. Bahkan tidak sekali, berkali-kali. Melalui tulisan ini saya ingin sedikit berbagi pengalaman, sekaligus juga sebagi penyemangat dan pengingat bagi diri sendiri yang terkadang lupa dan seringkali merasa jenuh dan tak semangat. Saya sarankan mulai sekarang anda buat target yang jelas. Sekali lagi TARGET yang JELAS. Lalu berjuanglah untuk mencapainya. Di buku-buku motivasi atau dari video-video motivasi bahkan sering kali dijelaskan untuk menulis bahkan memvisualisasikan target itu dalam bentuk gambar. Itu bagus juga anda coba. Kalau saya paling cuma sampai ditulis saja. Semakin jelas targetnya, dan semakin kuat keinginan anda untuk terwujudnya target tersebut, maka hal itu akan memperbesar usaha dan perjuangan anda. Itu semua akan memperbesar energi anda. Lalu apa yang terjadi jika tidak ada target? Ada orang yang mengumpamakan seseorang yang tidak memiliki target itu ibarat sesuatu benda yang mengambang dan hanyut di atas air sungai. Dan biasanya, yang mengambang itu adalah (maaf) kotoran.� Memang sebagian dari kita ada yang berprinsip "biarlah kehidupan saya mengalir seperti air". Anda sah-sah saja berprinsip seperti itu. Tapi bagi saya itu pandangan yang akan menjadikan anda semakin tidak jelas arah hidupnya dan rentan dikendalikan keadaan, rentan pula didikte dan mebghabiskan energi untuk keuntungan orang lain. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman hidup saya. Tidak hebat memang. Mungkin banyak yang lebih hebat dari pengalaman saya. Cuma tak ada salahnya berbagi. Ini juga sebagai penyemangat diri saja. Ini cara saya menyemangati diri ketika mulai lesu. Dengan cara mengingat dan mencoba berbagi atas cerita positif dari serpihan hidup saya. Meskipun itu kecil. Meskipun itu akan terdengar sangat lumrah dan biasa saja. Baiklah, kelamaan ceramahnya..� Begini. Ini cerita ketika saya membuat target lulus 2 tahun tepat ketika menempuh pendidikan S.2 di kota Solo, Jawa Tengah. Kenapa saya punya target selesai dalam jangka waktu 2 tahun? Padahal itu memang standar waktu biasanya orang menempuh S.2? Betul memang, tapi apa semua orang mampu dan ingin selesai selama 2 tahun? Belum tentu. Salah satu contoh saya pernah main ke asrama Lombok Timur di Jogja. Di sana saya berkenalan dengan salah seorang mahasiswa di sana, ternyata dia sudah 10 tahun tinggal di sana. Itu dimulai sejak semester 1 jenjang S.1 dan ketika saya berkenalanpun masih S.1. Dalam hati saya berkata "mungkin ini orang mau nyalon jadi kadus di jogja". � Dan itu baru satu contoh. Kasus seperti ini saya tahu cukup banyak. Malahan orang-orang seperti ini sering menganggap diri mereka sebagai orang yang menjalankan long life education, pendidikan seumur hidup. Salah kaprah.� Kembali ke cerita awal. Selain alasan banyak orang yang kelolosan, saya juga ingin wisuda tepat waktu karena kangen kampung halaman, meski lupa halaman ke berapa, kangen dengan masakannya, kangen dengan suasananya, kangen keluarga, dan yang pasti kangen sama seseorang yang spesial �. Selain itu, saya juga merasa terlalu banyak membebani orang tua. Maklum saya masih dibiayai orang tua pada waktu itu. Dan banyak hal lain juga yang tidak bisa saya sebutkan di sini menjadi pemicu saya selesai tepat waktu. Selama 2 tahun itu, sejak mendaftar sampai wisuda saya tidak pernah pulang. Jika dihitung-hitung, saya menjalani 2 kali idul adha dan 1 kali idul fitri di Solo. Yang paling sedih ketika idul fitri sendirian di kost. Untung ibu kostnya baik hati. Jadi sedikit tidak bisa menghibur hati. Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama menuntut ilmu. Susah, Sedih, senang, pernah saya rasakan. Apalagi menjelang akhir masa-masa menuntut ilmu. Saya selama 3 bulan penelitian di pesisir utara jawa tengah. Tepatnya di kecamatan Sayung, Demak. Cukup banyak tantangan. Untungnya warga di sana baik-baik orangnya dan mwnerima saya dengan baik pula. Selain itu saya sangat bersyukur memiliki teman-teman yang baik. Selalu mensuport. Membantu ketika dibutuhkan, menghibur dikala susah dan sesih. Begitu pula doa dan dukungan keluarga yang tak kalah pentingnya. Intinya semua itu memperbesar energi saya untuk mewujudkan target yang sudah saya tentukan. Akhirnya tepat tanggal 8 Maret 2014 saya wisuda. Keluarga hadir menemani di hari bahagia itu. Meski tidak berprestasi, setidaknya saya mampu memberi kabar baik bagi keluarga atas usaha dan doa saya selama ini. Saya punya tekad menotong mata rantai kemiskinan dan kebodohan di keluarga kami. Saya terus berharap mudah-mudahan jejak saya ini bisa diikuti oleh anggota keluarga yang lain. Bahakan melebihi apa yang pernah saya capai. Itulah harapan yang tak pernah padam di hati saya. Kembali berbicara masalah target. Itu hanya satu dari sekian banyak target yang pernah saya buat dan berhasil. Tapi tak sedikit target yang saya buat juga belum terwujud. Tapi saya yakin usaha dan doa akan mengantarkan saya pada terwujudnya target tersebut. Pesan saya. Bagi anda yang pernah memiliki target dan akhirnya tetwujud, berbagilah. Jika belum punya target, maka dari sekarang buatlah target-target yang baik dan jelas. Libatkan Allah dalam setiap ikhtiar. Insyaalloh kebahagiaan dan keberhasilan akan dekat denganmu saudaraku. Wallohualambissawab.
KEMERDEKAAN DAN KONTRIBUSI KITA
Oleh : Hasrul Hadi
Tidak sedikit yang mengungkapkan keresahannya tentang status kemerdekaan kita. Terutama anggapan bahwa sejatinya kita belum merdeka. Hal ini beralasan, mengingat meski Indonesia sudah 72 tahun merdeka, masih saja ada rakyatnya yang belum sepenuhnya merdeka. Baik merdeka dari pedihnya kemiskinan, derita kebodohan, harkat dan martabat yang direndahkan, marginalisasi dan sederet predikat "keterjajahan".
Pendapat maupun fakta yang disuguhkan itu memang sah-sah saja. Namun, seringkali hal itu dijadikan landasan untuk mengkritisi pihak yang berwenang. Mengkritik juga hal yang wajar. Tapi ada batasannya. Menjadi kurang tepat ketika kritik itu dibersamai dengan menggantungkan penyelesaian masalah itu hanya pada satu pihak saja. Hanya kepada pemerintah misalnya.
Saya menyadari hal itu kurang bijak karena terkadang si pengkritik hanya mengkritik. Tanpa pernah berusaha memperbaiki keadaan dengan usahanya sendiri. Sekecil apapun usaha itu.
Mungkin kita perlu belajar dari ungkapan yang mengatakan "lebih baik beranjak menyalakan lilin daripada diam dan terus menerus mengutuk kegelapan".
Mari bertanya pada diri kita masing-masing, kontribusi apa yang telah kita perbuat untuk bangsa ini. Mari pula menimbang besar mana kritikan dengan usaha yang telah kita perbuat untuk bangsa ini.
#Dirgahayu RI ke 72
#MERDEKA
Menulis Untuk Keabadian
Menulislah, maka tulisanmu akan bertahan lebih lama dari umurumu. Tentunya jika tulisan tersebut tidak kau hanguskan sendiri atau dihanguskan oleh generasi setelahmu.
Begitu banyak karya tulis yang melegenda. Eksistensinya masih dirasakan sampai detik ini, sementara para penulisnya sudah lama berkalang tanah, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.
Jika seseorang ingin mempelajari teori-teori dalam ilmu biologi, maka bisa dipastikan ia akan bertemu dengan teori evolusi yang diciptakan oleh Charles Darwin. Darwin mengabadikan teori tersebut dalam buku master peace - nya yang berjudul “the origin of species”. Buku itu begitu melegenda, sampai saat ini gaungnya masih dirasakan. Bahkan buku-buku biologi anak sekolah masih memuat teorinya sebagai landasan dalam mempelajari ilmu biologi. Meski menuai kontroversi, teori yang ditulis oleh Darwin ini harus diakui memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan teori-teori ilmu biologi, bahkan dalam perkembangkannya lebih lanjut diterapkan juga pada ilmu-ilmu sosial yang dikenal dengan teori “Darwinisme Sosial”. Teori Darwinisme sosial salah satunya diadopsi oleh Feriderich Ratzel seorang geograf dari jerman, yang menyempurnakan teori geografi politiknya yang dikenal dengan teori “organic state” atau negara organik. Dalam teorinya itu, ia mengemukakan bahwa “ suatu negara mirip dengan makhluk hidup, ia lahir dan tumbuh mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya mati. Dengan demikan, negara sebagaimana makhluk hidup harus memiliki ruang untuk melangsungkan kehidupannya. Teori organic state ini kemudian oleh Housofer berkembang menjadi teori Labensraum (teori ruang hidup). Dan sampailah penerapan teori ini kemudian pada aksi-aksi ekspansi wilayah yang dilakukan oleh Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler pada waktu itu, dengan dalih memperluas ruang hidup negara Jerman.
Karl Mark sebagai tokoh pendiri idiologi sosialisme-komunis juga salah satunya mencomot teori Darwin sebagai landasan untuk menyusun teorinya. Karl Mark juga mewariskan karya tulis yang tak kalah melegendanya. Ia menulis bukunya yang berjudul “Das Capital”, bahkan saking berpengaruhnya buku ini, seolah dijadikan kitab suci bagi para penganut ideology sosialis-komunis. Di Indonesia sendiri buku ini sempat diberangus karena dianggap terlarang dan berbagaya, mengingat terjadinya tragedi G30-September pada tahun 1965.
Dalam bidang Ilmu lingkungan, Rachel Carson merupakan orang yang dikenal dengan bukunya yang melegenda “Silent Spring”. Bagaimana tidak, buku itu begitu terkenal setelah ia menguraikan perihal peristiwa sepinya burung-burung ketika musim semi. Padahal pada mulanya kicauan burung sangatlah ramai ketika musim semi tiba. Ia memaparkan kejadian tersebut salah satunya dipicu oleh semakin banyaknya zat-zat pencemar lingkungan, terutama yang dihasilkan dari limbah-limbah industri. Inilah awal mula perjuangan terhadap lingkungan dimulai, dan berlanjut sampai saat ini.
Di bidang ilmu Geologi, siapa yang tak mengenal Van Bemmelen. Seorang geolog dari Belanda semasa pemerintahan Hindia Belanda masih bercokol di Indonesia. Ia menulis bukunya yang terkenal dalam bidang geologi yang berjudul “Geology of Indonesia”. Ada kisah menarik ketika buku ini pertama kali ditulis. Naskah asli yang telah selesai ditulis Van Bemellen pada waktu itu disita oleh Tentara Republik Indonesia. Mengingat pada waktu itu terjadi pergolakan rakyat Indonesia terhadap pemerintah Hindia Belanda dalam rangka merebut kemerdekaan. Bahkan pada waktu itu, Van bemmelen ditahan dalam waktu beberapa lama. Naskah yang telah bersusah payah dibuat itu tak kembali juga ke pemiliknya. Akhirnya Van Bemmelen pasrah dengan nasib yang menimpanya. Namun ia tidak berhenti sampai disitu. Ia bahkan menulis ulang naskah buku itu dengan segala kemampuan yang dimiliki, akhirnya buku itu sampai saat ini masih bisa dijadikan rujukan dalam mempelajari Geologi terutama di Indonesia.
Di dunia islam, kita mengenal Imam Ghazali. Beliau adalah salah satu ulama sufi yang amat termasyhur. Mengapa ia begitu terkenal, maka lagi-lagi karena karya tulisnya. Ia mengarang ratusan kitab-kitab agama, dan salah satu yang paling terkenal adalah kitab Ihya’ Ulumuddin - nya. Kitab ini menjadi pegangan pengajaran ilmu-ilmu agama di pesantren-pesantren dan sekolah agama sampai saat ini. Dan saking pentingnya kitab ini sampai diterjemahkan ke berbagai bahasa. Tak luput juga di Indonesia, bahkan terjemahannya pun terus mengalami cetak ulang dan revisi, saking banyaknya permintaan.
Karya tulis yang melegenda begitu banyaknya. Tak cukup untuk saya tuliskan di sini, mengingat keterbatasan pengetahuan yang saya miliki. Lalu apa poin penting dari semua ini? Jawabnnya tentu adalah pentingnya sebuah karya tulis. Profesor Ida Bagus Mantra, seorang pakar Demografi UGM, di awal bukunya ia menulis sebuah nasehat yang pernah diutarakan oleh Frangklin, “jika anda ingin tidak dilupakan orang segera setelah meninggalkan almamater, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan”. Itulah pentingnya menulis. Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitu dahsyatnya sebuah karya tulis. Meski ditulis ratusan bahkan ribuan tahun yang lampau, tetapi seakan mampu membuat penulisnya seolah abadi, meski telah lama tiada. Bisakah kita seperti penulis-penulis hebat itu? Jawabannya tergantung bagaimana kemauan dan kerja keras kita ! selamat menulis !!
Korleko, 31 Agustus 2016
Langganan:
Postingan (Atom)
Implementation of Open-Ended Approach to Improves Learning Outcomes in Social Studies-Geography of Junior High School
Untuk Membaca/Download ==> KLIK DI SINI
-
1. Download Surat Keterangan Tracer Study (Pengisian 14 Februari 2023 - 15 Agustus 2023) 2. Download Surat Keterangan Tracer Study (Pengis...
-
1. Download Surat Keterangan Tracer Study (Pengisian 27 Juni - 10 Agustus 2022) 2. Download Surat Keterangan Tracer Study (Pengisian ...
-
Materi perkuliahan (PPT) dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-7 serta tugas dapat diunduh DI SINI