Selasa, 25 Juli 2017

KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) GEOGRAFI DI GILI AIR KLU

Para Peserta KKL Geografi berpose bersama di Gili Air KLU
Sebagai amanat kurikulum, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi kembali melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Kegiatan ini dihajatkan sebagai bentuk upaya Program Studi Pendidikan Geografi dalam rangka meningkatkan pengetahuan para mahasiswanya, sehingga tidak terjebak pada pengetahuan teoritis belaka. Kali ini kegiatan dipusatkan di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di Gili Air yang merupakan salah satu Gili Tramena (Trawangan, Meno, dan Air) sebagai kawasan wisata utama di Kabupaten Lombok Utara. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari, yaitu hari Senin  dan Selasa Tanggal 22 sampai 23 Mei 2017.

Peserta KKL terdiri dari mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi semester 6 dan 8 yang berjumlah 44 orang dengan dosen pendamping sebanyak tiga orang. Kegiatan KKL ini mengusung tema “Studi Bentang Alam dan Budaya di Kawasan Gili dan Pesisir Kabupaten Lombok Utara”. Hadir sebagai dosen pendamping yaitu bapak Drs. Suroso, M.Si, bapak Agus Muliadi Putra, M.Si. dan bapak Hasrul Hadi, M.Pd.

Hari pertama kegiatan KKL, para pseserta melakukan observasi, wawancara dan menerima pengarahan dari dosen pendamping terkait kegiatan yang dilakukan. Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan oleh para peserta difokuskan pada pengkajian bentang alam dan budaya di gili air, baik yang berkaitan dengan kajian geografi fisik (geomorfologi, oseanografi, dan ekologi)  maupun geografi manusia seperti kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada sore hari. Mulai pada pukul 16.00 wita dan berakhir pada pukul 18.00 wita dan dilanjutkan dengan istirahat, sholat dan makan malam (Ishoma).
Peserta KKL Geografi mendapat pengarahan dari dosen pendamping
Salah satu kelompok peserta KKL yang sedang melakukan pengumpulan data lapangan
Ketika waktu istirahat berakhir pada pukul 20.00 wita, para peserta berkumpul kembali di salah satu ruang kelas Sekolah Dasar (SD) untuk melakukan kegiatan review dan diskusi terhadap data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Kegiatan review dilakukan mulai dari masing-masing perwakilan kelompok, kemudian dilanjutkan dengan tambahan pemaparan sekaligus review terhadap hasil data yang dikumpulkan para peserta KKL oleh dosen pendamping lapangan.
Diskusi dan Review data lapangan
Hari kedua, para peserta KKL dan dosen pendamping melanjutkan kegiatan menuju pantai tebing di kecamatan Gangga. Kegiatan yang dilakukan berupa observasi terhadap material (batuan) penyusun tebing, dan juga dilakukan analisis situasi lokasi KKL didampingi oleh dosen pendamping lapangan. Kegiatan kuliah Kerja Lapangan pun berakhir di Pantai Tebing. Namun, sebagai penutup, kegiatan KKL ini diakhiri dengan kunjungan ke Air Terjun Sendang Gila di Senaru Lombok Utara sebagai kegiatan menghilangkan lelah (refreshing) setelah berkutat dengan kegiatan di lapangan. 
Observasi di Pantai Tebing
Kenampakan lahan Pantai Tebing
Mandi bersama di Air Terjun Sendang Gila Senaru

Senin, 24 Juli 2017

PERMAKLUMAN, SAYA PINDAH KE BLOG BARU

Setelah saya berusaha mencoba untuk membuka blog lama, ternyata tidak bisa log in. Ketika website blogger.com dibuka, saya langsung diarahkan untuk membuat blog baru menggunakan akun email google yang telah saya gunakan sebelumnya untuk membuat akun aplikasi milik google seperti youtube. Dugaan saya, mungkin karena akun blog saya yang lama menggunakan email yahoo sehingga diminta ganti oleh pihak google. Ya sudahlah, saya manut saja. Saya akan berusaha ikuti aturan yang berlaku. Saya sadar itu resiko menggunakan akun gratisan. Jadi mau tidak mau saya harus ikuti aturan dari google.

Sebenarnya akun blog saya yang dulu ingin sekali saya kembangkan. Akan tetetapi mungkin dengan terintegrasi dengan email google yang lain akan lebih memudahkan segala urusan yang berkaitan dengan akun google saya. Blog saya yang dulu (hasrulhadi.blogspot.com) akan menjadi blog mati, karena saya sebagai penghuninya telah beralih ke blog yang anda baca ini (hasrul88.blogspot.co.id). Kurang lebih isinya sama antara blog lama saya dengan blog ini, karena saya telah pindahkan semua postingan lama saya ke blog ini. Belum banyak postingan memang, hanya 16 postingan. ini menunjukkan produktivitas menulis saya terbilang masih sangat rendah. Saya berharap ke depan blog ini akan lebih tinggi intensitas publikasinya. sehingga dapat mempertajam kemampuan menulis saya sekaligus dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian.

Harap maklum,

Salam..!

MENGENAL PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI UNIVERSITAS HAMZANWADI

Oleh : Hasrul Hadi, M.Pd
Universitas Hamzanwadi merupakan salah satu Perguruan Tinggi swasta di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mengusung selogan “Bersaing dan Berbudaya Santri”. Dalam perjalanannya sejarahnya, Universitas Hamzanwadi telah banyak mencetak lulusan berkualitas, khususnya di bidang keguruan. Para alumninya telah mampu memberikan kontribusi nyata di tengah-tengah masyarakat. Terutama dengan mengedepankan profesionalitas dan akhlak mulia sebagai manifestasi “sarjana yang santri”. Tidak hanya itu, berbagai prestasi juga telah banyak ditorehkan oleh mahasiswa, dosen maupun institusi baik di tingkat regional, nasional maupun internasional.

Secara keseluruhan, Universitas Hamzanwadi memiliki empat fakultas dengan 22 Program Studi, salah satunya adalah Program Studi Pendidikan Geografi. Prodi ini merupakan salah satu dari empat prodi yang berada di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan bernaung di bawah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Beberapa hal yang terkait dengan Program Studi Pendidikan Geografi dapat diuraikan sebagai berikut :

1.  Sejarah Singkat

Secara Historis, Program Studi Pendidikan Geografi resmi berdiri pada tanggal 8 Agustus 2005 dengan Surat Keputusan Pendirian Nomor 2839/D/T/2005 yang ditandatangani oleh Satryo Soemantri Brodjonegoro mewakili Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Penyelenggaraan mulai dilakukan pada bulan Oktober tahun 2005 dan mulai beroperasi setelah terbitnya Surat Keputusan Operasional pada tanggal 12 Juli 2010 dengan Surat Keputusan Nomor 8719/D/T/K-VIII/2010.  

2.  Visi dan Misi

Visi : Pada tahun 2020 menjadi Program Studi Pendidikan Geografi yang mampu menghasilkan Sarjana Pendidikan Geografi yang berdaya saing, beriman dan bertakwa  serta memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Misi : 1) Menyelenggarakan perkuliahan pada program studi yang dikaitkan dengan kosmologi islam; 2) Menyelenggarakan penelitian pendidikan geografi sesuai dengan konteks lokal yang mengacu pada kebutuhan global; dan 3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang pendidikan geografi sesuai dengan kebutuhan lokal.

3. Status Akreditasi

Berdasarkan hasil penilaian tahun terakhir dari tim Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang diputuskan melalui Surat Keputusan nomor 242/SK/BAN-PT/AK-XVI/S/XII/2013, bahwa Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi memperoleh status akreditasi ”B”.

4. Fasilitas Pendukung

Beberapa Fasilitas Pendukung Kegiatan Perkuliahan antara lain : 1) Memiliki Ruang Kuliah yang nyaman; 2) Memiliki Ruang Micro Teaching, sebagai pusat peraktik kegiatan belajar mengajar; 3) Memiliki Ruang Laboratorium Geografi, sebagai sarana untuk kegiatan praktikum mahasiswa; 4) Sarana Ibadah; serta sarana dan prasarana lainnya sebagai penunjang dalam meningkatkan kompetensi akademik serta keahlian mahasiswa, baikhard skill maupun hard skill.

5. Staf Pengajar

Staf Pengajar (Dosen) sudah berkualifikasi akademik minimal strata 2 (Magister) dan beberapa diantaranya sedang menempuh pendidikan doktoral. Para Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi telah berpengalaman dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, seperti kegiatan Pembelajaran (Pendidikan), Penelitian serta Pengabdian Kepada masyarakat. Sehingga keberadaan (eksistensi) Program Studi Pendidikan Geografi tidak hanya dirasakan di kalangan mahasiswa saja melainkan kontribusinya tersebar luas di masyarakat.

6. Kegiatan Mahasiswa

Beberapa Kegiatan yang dilakukan mahasiswa antara lain 1) Kegiatan perkuliahan di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan serta pengembangan teori, khususnya terkait dengan bidang pendidikan geografi; 2) Kegiatan perkuliahan di lapangan yang bertujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai materi yang diajarkan di kelas dengan secara langsung terjun ke lapangan agar mendapatkan data dan informasi nyata terkait dengan apa yang dibahas.Kegiatan kuliah lapangan dapat berbentuk Kuliah Kerja Lapangan (KKL), kunjungan lapangan (Field Trip), dan Praktikum lapangan; 3) Kegiatan Organisasi kemahasiswaan bidang pendidikan geografi (HMPS Pendidikan Geografi) : Penulisan Karya Ilmiah, Geo Green Action, Seminar Nasional Geografi, Pengembangan Media Pembelajaran Inovatif, Kreative Geo Art, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berbasis pada penyelesaian masalah dalam bidang pendidikan maupun geografi dengan pendekatan utama secara metodologis menggunakan ilmu pendidikan geografi. 

7. Alumni

Para alumni Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi sebagian besar bekerja menjadi guru di Lembaga Pendidikan Negeri maupun Swasta, terutama di jenjang pendidikan Menengah. Beberapa alumni juga berprofesi sebagai tenaga pendidik (dosen) di perguruan tinggi.  Selain itu, tidak hanya di bidang pendidikan dan keguruan, alumni juga banyak bekerja di sektor non kependidikan, baik masuk dalam struktural kepemerintahan, staf program kementrian, LSM, serta tidak sedikit yang sukses berwirausaha.

8. Contact

Khususnya bagi lulusan SMA/MA yang berminat untuk bergabung dapat menghubungi Contact Person berikut :
HP : 081997905824 (Hasrul).
FB : Hasrul Hadi

9. Alamat Sekretariat

Lantai 2 Gedung Rektorat Universitas Hamzanwadi, Jalan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Pancor-Selong, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Telp. (0376) 21394, Fax (0376) 22954 Fax. (0376) 22954 E-mail : universitas@hamzanwadi.ac.id  Website : http://www.hamzanwadi.ac.id

GEOAKSI

Oleh : Hasrul Hadi, M.Pd.

(Pembina HMPS Pendidikan Geografi)

GEOAKSI merupakan sebuah gagasan program sebagai basis kegiatan utama dan unggulan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi. Kata “GEOAKSI” dapat dirartikan sebagai aktivitas yang dilandasi oleh ilmu Pendidikan Geografi. GEOAKSI diibaratkan sebagai sebuah payung yang menaungi beberapa program unggulan bidang Pendidikan Geografi. Selain itu, GEOAKSI juga berfungsi sebagai wadah unjuk karya bagi mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi. Sehingga dengan singkat dapat dikatakan GEOAKSI adalah sekumpulan aksi nyata dan karya mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi. Pelaksanaan program ini dapat dikembangkan berdasarkan ide-ide kreatif mahasiswa maupun dosen prodi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi. Beberapa program tersebut antara lain :

1. Penulisan Karya Ilmiah
Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian mahasiswa terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Sebagai ajang perlombaan menghasilkan karya tulis ilmiah terbaik serta sebagai tanggung jawab moral menjalankan salah satu domain tridharma perguruan tinggi. Kegiatan ini dibimbing langsung oleh Pembina HMPS dalam hal pelatihannya rutin satu kali dalam seminggu. Diharapkan dari kegiatan pelatihan tersebut, sensitivitas mahasiswa dalam melihat berbagai fenomena geosfer menjadi inspirasi penulisan karya ilmiah yang muaranya pada even-even perlombaan karya tulis ilmiah baik di tingkat, lokal, nasional bahkan internasional. Selain itu, karya tulis mahasiswa juga diharapkan dapat dipublikasikan di berbagai media publikasi.

2. Seminar Nasional Geografi
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan wawasan mahasiswa khususnya dalam bidang pendidikan geografi sebagai wujud pengembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu kegiatan seminar nasional geografi juga dapat menjadi pencerahan bagi segenap mahasiswa geografi maupun guru-guru geografi. Sehingga diharapkan mampu menambah dan mengikuti perkembangan khazanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan geografi.

3. Pengembangan Media dan Model Pembelajaran Geografi
Untuk menjawab berbagai permasalahan pembelajaran Geografi di sekolah, khususnya pada jenjang pendidikan menengah (SMP dan SMA), maka dibutuhkan upaya pengembangan media dan model pembelajaran yang inovatif. Kegiatan pengembangan media dan model pembelajaran inovatif ini dilakukan oleh mahasiswa dengan pendampingan intensif dari dosen.

4. Geo Green Action
Kegiatan ini merupakan aksi nyata sebagai langkah untuk menghadapi persoalan kekeringan dan sebagai langkah konservasi lahan kritis. Geo Green Action terdiri dari dua aksi utama, yaitu pembibitan pohon dan penghijauan lahan kritis. Kegiatan pembibitan dipusatkan di sebuah lahan milik orang tua salah seorang mahasiswa di lingkungan Desa Majidi Kecamatan Selong. Lahan tersebut sekaligus dijadikan Basecamp GeoGreen Action yang sifatnya sementaraAksi selanjutnya yaitu kegiatan penghijauan yang dilakukan pada lahan kritis, khususnya yang berada di Kabupaten Lombok Timur, dan di Provinsi NTB serta daerah lainnya di Indonesia pada umumnya.

5.  Creative GeoArt
Sebagai wadah untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa dalam bidang seni dan sastra, maka dicetuskan program Creative GeoArt. Program ini sebagai bentuk ekspresi seni mahasiswa yang content (isi) nya berkaitan dengan pendidikan geografi. Segala jenis karya seni maupun sastra dapat diciptakan mahasiswa, baik berupa seni music, lagu, drama, puisi, gambar, lukisan, karikatur, desain, dan lainnya yang pada intinya karya seni ataupun sastra tersebut terkait dengan pendidikan geografi.

6.  GeoTrip
Pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan geografi tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Tetapi juga sebagai wujud mendalami ilmu geografi dilakukan dengan kegiatan kunjungan lapangan (GeoTrip). Kegiatan ini berupa kunjungan lapangan dengan kegiatan observasi dan penggalian data geografi secara langsung di lapangan dengan bimbingan dari dosen prodi pendidikan geografi. Harapannya, kegiatan ini dapat dijadikan wadah pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi mahasiswa dan kemudian akan dikembangkan bagi siswa-siswa sekolah, khususnya di tingkat SMP/MTs dan SMA/MA.

7.  GeoEvent
GeoEvent merupakan salah satu program yang dipersiapkan untuk diisi oleh even-even yang dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan momen-momen tertentu. Misalnya, dalam rangka mempringati hari bumi dilakukan kegiatan kemah bakti geografi, olimpiade geografi tingkat SMP dan SMA, penanggulangan bencana, dan sebagainya. 

***

MENULIS UNTUK KEABADIAN



Menulislah, maka tulisanmu akan bertahan lebih lama dari umurumu. Tentunya jika tulisan tersebut tidak kau hanguskan sendiri atau dihanguskan oleh generasi setelahmu.

Begitu banyak karya tulis yang melegenda. Eksistensinya masih dirasakan sampai detik ini, sementara para penulisnya sudah lama berkalang tanah, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.

Jika seseorang ingin mempelajari teori-teori dalam ilmu biologi, maka bisa dipastikan ia akan bertemu dengan teori evolusi yang diciptakan oleh Charles Darwin. Darwin mengabadikan teori tersebut dalam buku master peace - nya yang berjudul “the origin of species”. Buku itu begitu melegenda, sampai saat ini gaungnya masih dirasakan. Bahkan buku-buku biologi anak sekolah masih memuat teorinya sebagai landasan dalam mempelajari ilmu biologi. Meski menuai kontroversi, teori yang ditulis oleh Darwin ini harus diakui memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan teori-teori ilmu biologi, bahkan dalam perkembangkannya lebih lanjut diterapkan juga pada ilmu-ilmu sosial yang dikenal dengan teori “Darwinisme Sosial”. Teori Darwinisme sosial salah satunya diadopsi oleh Feriderich Ratzel seorang geograf dari jerman, yang menyempurnakan teori geografi politiknya yang dikenal dengan teori “organic state” atau negara organik. Dalam teorinya itu, ia mengemukakan bahwa “ suatu negara mirip dengan makhluk hidup, ia lahir dan tumbuh mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya mati. Dengan demikan, negara sebagaimana makhluk hidup harus memiliki ruang untuk melangsungkan kehidupannya. Teori organic state ini kemudian oleh Housofer berkembang menjadi teori Labensraum (teori ruang hidup). Dan sampailah penerapan teori ini kemudian pada aksi-aksi ekspansi wilayah yang dilakukan oleh Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler pada waktu itu, dengan dalih memperluas ruang hidup negara Jerman.

Karl Mark sebagai tokoh pendiri idiologi sosialisme-komunis juga salah satunya mencomot teori Darwin sebagai landasan untuk menyusun teorinya. Karl Mark juga mewariskan karya tulis yang tak kalah melegendanya. Ia menulis bukunya yang berjudul “Das Capital”, bahkan saking berpengaruhnya buku ini, seolah dijadikan kitab suci bagi para penganut ideology sosialis-komunis. Di Indonesia sendiri buku ini sempat diberangus karena dianggap terlarang dan berbagaya, mengingat terjadinya tragedi G30-September pada tahun 1965.

Dalam bidang Ilmu lingkungan, Rachel Carson merupakan orang yang dikenal dengan bukunya yang melegenda “Silent Spring”. Bagaimana tidak, buku itu begitu terkenal setelah ia menguraikan perihal peristiwa sepinya burung-burung ketika musim semi. Padahal pada mulanya kicauan burung sangatlah ramai ketika musim semi tiba. Ia memaparkan kejadian tersebut salah satunya dipicu oleh semakin banyaknya zat-zat pencemar lingkungan, terutama yang dihasilkan dari limbah-limbah industri. Inilah awal mula perjuangan terhadap lingkungan dimulai, dan berlanjut sampai saat ini.

Di bidang ilmu Geologi, siapa yang tak mengenal Van Bemmelen. Seorang geolog dari Belanda semasa pemerintahan Hindia Belanda masih bercokol di Indonesia. Ia menulis bukunya yang terkenal dalam bidang geologi yang berjudul “Geology of Indonesia”. Ada kisah menarik ketika buku ini pertama kali ditulis. Naskah asli yang telah selesai ditulis Van Bemellen pada waktu itu disita oleh Tentara Republik Indonesia. Mengingat pada waktu itu terjadi pergolakan rakyat Indonesia terhadap pemerintah Hindia Belanda dalam rangka merebut kemerdekaan. Bahkan pada waktu itu, Van bemmelen ditahan dalam waktu beberapa lama. Naskah yang telah bersusah payah dibuat itu tak kembali juga ke pemiliknya. Akhirnya Van Bemmelen pasrah dengan nasib yang menimpanya. Namun ia tidak berhenti sampai disitu. Ia bahkan menulis ulang naskah buku itu dengan segala kemampuan yang dimiliki, akhirnya buku itu sampai saat ini masih bisa dijadikan rujukan dalam mempelajari Geologi terutama di Indonesia.    

Di dunia islam, kita mengenal Imam Ghazali. Beliau adalah salah satu ulama sufi yang amat termasyhur. Mengapa ia begitu terkenal, maka lagi-lagi karena karya tulisnya. Ia mengarang ratusan kitab-kitab agama, dan salah satu yang paling terkenal adalah kitab Ihya’ Ulumuddin - nya. Kitab ini menjadi pegangan pengajaran ilmu-ilmu agama di pesantren-pesantren dan sekolah agama sampai saat ini. Dan saking pentingnya kitab ini sampai diterjemahkan ke berbagai bahasa. Tak luput juga di Indonesia, bahkan terjemahannya pun terus mengalami cetak ulang dan revisi, saking banyaknya permintaan.

Karya tulis yang melegenda begitu banyaknya. Tak cukup untuk saya tuliskan di sini, mengingat keterbatasan pengetahuan yang saya miliki. Lalu apa poin penting dari semua ini? Jawabnnya tentu adalah pentingnya sebuah karya tulis. Profesor Ida Bagus Mantra, seorang pakar Demografi UGM, di awal bukunya ia menulis sebuah nasehat yang pernah diutarakan oleh Frangklin, “jika anda ingin tidak dilupakan orang segera setelah meninggalkan almamater, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan”. Itulah pentingnya menulis. Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitu dahsyatnya sebuah karya tulis. Meski ditulis ratusan bahkan ribuan tahun yang lampau, tetapi seakan mampu membuat penulisnya seolah abadi, meski telah lama tiada. Bisakah kita seperti penulis-penulis hebat itu? Jawabannya tergantung bagaimana kemauan dan kerja keras kita ! selamat menulis !!


Korleko, 31 Agustus 2016

SEMINAR DAN KULIAH UMUM GEOGRAFI



Pancor – Sebagai upaya meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa di bidang Akademik, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Geografi menyelenggarakan kegiatan Seminar dan Kuliah Umum. Kegiatan ini dilakukan pada hari Ahad, 10 Januari 2016 bertempat di ruang Auditorium Siti Rauhun STKIP Hamzanwadi Selong. Kegiatan ini mengusung tema “Pengenalan Model Pembelajaran Bina Lingkungan pada Mata Pelajaran Geografi dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik”.

Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.00 Wita dan berakhir pada pukul 12.00 Wita. Sejumlah 70 peserta hadir dalam kegiatan ini yang terdiri dari sebagian besar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP Hamzanwadi Selong. Beberapa orang alumni dan beberapa mahasiswa juga berasal dari program studi lainnya. Pada kegiatan pembukaan, hadir pula dari kalangan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STKIP Hamzanwadi Selong dan juga Ketua Program Studi Pendidikan Geografi STKIP Hamzanwadi Selong, yakni bapak Drs. Suroso, M.Si yang sekaligus membuka acara.

Dalam sambutannya, bapak Drs. Suroso, M.Si menyampaikan betapa pentingnya kegiatan akademik semacam Seminar dan Kuliah Umum ini untuk kegiatan peningkatan kualitas atmosfer akademik. Selain itu, ia juga menegaskan bahwa kegiatan-kegiatan akademis semacam ini harus terus ditingkatkan, sehingga ke depannya mahasiswa dapat lebih berkualitas  lagi. Tidak hanya secara formal dan seremonial, ia juga menyarankan agar mahasiswa dapat membangun atmosfer akademik yang baik. “polanya dapat dilakukan dengen membentuk “arisan intelektual” ungkapnya. Arisan intelektual yang dimaksud adalah kegiatan diskusi nonformal yang bisa saja dilakukan oleh mahasiswa dengan kumpul-kumpul bersama di tempat yang diinginkan dengan tema-tema tertentu yang berkaitan dengan ilmu kependidikan maupun ilmu geografi. Ia juga menekankan untuk menjadi cerdas itu tidak perlu terlalu bergantung terhadap ada atau tidak serta besar atau kecilnya biaya, namun ia lebih menekankan adanya kemauan dan usaha keraslah yang dapat meningkatkan kemajuan dan kesuksesan bagi mahasiswa.

Hadir sebagai pemeteri kegiatan tersebut yaitu Hasrul Hadi, M.Pd selaku pemateri pertama yang merupakan dosen tetap di Program Studi Pendidikan Geografi STKIP Hamzanwadi Selong. Selain itu hadir pula Ramli Akhmad, S.Pd yang merupakan mahasiswa Pascasarjana Universitas Pendidikan (UPI) Bandung. Ia merupakan salah satu penerima beasiswa Lembaga Penyedia Dana Pendidikan (LPDP) dari Propinsi NTB. Kedua pemateri ini merupakan alumni Program Studi Pendidikan Geografi STKIP Hamzanwadi Selong.

Dalam paparannya, pemateri pertama lebih menekankan pada pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup secara umum, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Lebih spesifik ia menguraikan tentang pentingnya penanaman etika lingkungan melalui Pendidikan Lingkungan Hidup. Hal ini mengacu pada berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini. Harapannya, melalui Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) diharapkan dapat memotong mata rantai perbuatan perusakan lingkungan, sehingga generasi ke depan dapat menjadi generasi yang peduli lingkungan.

Sementara itu pemateri ke dua lebih menekankan pada implementasi model pembelajaran bina lingkungan di sekolah, khususnya di tingkat SMA. Ia memaparkan niatan pemerintah membentuk Negara Indonesia yang berporos maritime (kelautan) diselaraskan dengan kurikulum pendidikan. Sehingga hal tersebut juga harus dijabarkan oleh guru selaku pelaksana kurikulum dalam pererencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi pembelajarannya di sekolah. Harapannya geografi sebagai mata pelajaran di sekolah dapat dijadikan sarana keilmuan yang dapat mengatasi masalah maupun mengembangakan potensi di bidang kemaritiman tersebut.

Secara keseluruhan, kegiatan Seminar dan Kuliah Umum ini berlangsung dengan lancar dan atraktif. Diwarnai pula dengan adanya hiburan berupa pertunjukan musik oleh mahasiswa, serta pembagian dorprize bagi peserta yang dapat menjawab pertanyaan dari pemateri maupun panitia, sehingga acara ini terasa lebih semarak.

FIELD TRIP GEOGRAFI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI


Otak Kokok Joben  - Sebagai tindak lanjut kegiatan seminar dan kuliah umum pada tanggal 10 Januari 2016, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Geografi STKIP Hamzanwadi Selong mengadakan Field Trip (kegiatan lapangan) pada hari Senin, 11 Januari 2016. Kegiatan ini berlangsung di Resort Joben yang masuk ke dalam Seksi Pengelolaan Wilayah II Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Kawasan Taman Nasional ini meliputi tiga desa, yaitu Desa Peringgajurang, Desa Montong Betok dan Desa Montong Gading. Kegiatan ini diikuti oleh 25 orang peserta yang didampingi oleh 3 orang dari unsur dosen dan alumni. Peserta kegiatan ini khususnya merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP Hamzanwadi Selong, dari 3 angkatan yaitu semester 2, 4 dan semester 6.

Sebagai upaya memahami lebih dalam mengenai upaya konservasi di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, kegiatan ini mengusung tema “Biodiversity di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani”. Sebagai misi utama dari kegiatan ini adalah dapat disusunnya sebuah buku oleh peserta yang membahas mengenai keanekaragaman hayati di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, Khususnya di Kawasan Resort Joben. Terlebih dahulu, telah disiapkan lembar observasi dan wawancara terkait berbagai hal yang menyangkut keanekaragaman hayati di lokasi field trip. 

Kegiatan awal dimulai dengan pembentukan kelompok yang dipimpin langsung oleh koordinator lapangan dari unsur panitia. Selanjutnya ada beberapa pengarahan yang disampaikan dosen maupun alumni guna kelancaran acara ini. Acara inti berupa penyampaian beberapa informasi penting oleh pemandu. Sebagai pemandu hadir dari pihak pengelola Taman Wisata Gunung Rinjani khususnya di resort Joben, yaitu bapak Wasmat. Setelah menyampaikan informasi penting, maka dilakukan kegiatan pengenalan flora dan fauna serta berbagai hal yang terkait dengan keanekaragaman hayati di kawasan resort Joben Taman Nasional Gunung Rinjani. Pemandu menjelaskan berbagai macam jenis tanaman maupun hewan yang hidup di lokasi ini, sementara para peserta field trip mencatat penjelasan, sambil sesekali bertanya dan mengamati jenis flora dan fauna yang dijelaskan.  Adapun flora dan fauna tersebut sebagian besarnya murni berasal dari lombok, meski ada beberapa flora yang menurut penuturan pak Wasmat berasal dari luar pulau.

Kegiatan field trip dimulai dari kawasan sekitar lokasi perkemahan dan berakhir di lokasi wisata pemandian dan air terjun Otak Kokok Joben. Sambil menyusuri kawasan hutan, melewati perbukitan maupun anak sungai, meski cukup menguras tenaga, para peserta tetap antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan ini. Acara ditutup dengan kegiatan evaluasi dan pengarahan dari pendamping. Sebagai hiburan, sebelum akhirnya kembali ke kempus, para peserta menikmati jernih dan segarnya air kolam dan air terjun di lokasi wisata Otak Kokok Joben, sehingga para peserta seolah diterapi dan terbebas dari rasa lelah yang dialaminya.

***

PELAJARAN BERHARGA DARI SEORANG BAPAK



Saya baru sempat menuliskannya sekarang. Sebenarnya usai ngobrol santai itu, saya ingin sekali menuliskannya. Meski terlambat, namun setidaknya saya masih ingat betul apa yang diceritakannya.

Pagi itu, saya sedang berada di kamar kost. Saya biasanya melakukan bersih-bersih kamar sebelum melanjutkan aktivitas lain yang sifatnya akademis.

Untuk menghilangkan pengapnya kamar saya membuka pintu dan jendela. Udara pagi ditambah hangatnya mentari di pagi itu cukup menambah semangat. Di luar sana, tepat di sebelah kanan jendela saya terdapat keran air yang biasa kami manfaatkan airnya untuk mencuci pakaian, berwudhu, cuci tangan dan aktifitas bersih diri lainnya. Terlihat seorang bapak tua yang sedang mencuci pakaiannya. Dengan posisi duduk dengan bak berisi rendaman pakaian di depannya dan dikuceknya perlahan.

Perlu diketahui, ia adalah pedagang martabak yang juga satu kost dengan saya. Kamarnya kebetulan berdekatan dengan kamar saya. Ia tinggal sendirian saja di kamar itu. Namun, kebanyakan hanya singgah sebentar lalu pergi, mengingat ia juga memiliki kontrakan lain tidak jauh dari kost yang dihuni bersama istri dan seorang anaknya yang masih kecil.

Sambil mencuci ia mulai membuka pembicaraan ringan dengan menyapa dan berbasa basi. Saya pun menimpali dengan baik. Sampai pada akhirnya ia mulai bercerita tentang keluarganya, terutama mengenai anak-anaknya. Ia mempunyai empat orang anak. Anak pertama dan ke dua perempuan, sementara anak ke tiga dan keempat adalah laki-laki. Anak pertamanya sudah menikah, anak kedua masih kuliah semester lima, anak ke tiga masih sekolah di SMP dan anak ke empat masih duduk di bangku SD.

Ia menceritakan nasib anak pertamanya yang kurang beruntung dalam kehidupan rumah tangganya. Sebelum menikah, sang bapak berpesan agar anaknya benar-benar memanfaatkan waktunya untuk belajar. Bahkan setamat sekolah SMA sang bapak sanggup menguliahkannya, asal belajar dengan baik. Selama sekolah, ia pernah dilihat dibawa oleh seorang pemuda yang kelihatannya bukan pemuda baik-baik. Ancamanpun di berikan ke putri pertamanya itu. Ia tegaskan bahwa anak gadisnya itu boleh memilih, serius belajar atau menikah saja jika tidak serus sekolah. Namun si anak minta untuk tetap sekolah.

Namun sayang seribu sayang, kejadian memalukan menimpanya. Anaknya dihamili oleh seorang kernet bus antar propinsi yang berasal dari salah satu daerah di jawa barat. Singkat cerita, anaknya itu terpaksa dinikahkan dengan kernet itu. 

Untung tak dapat diraih, malang tak bisa dibendung. Putri pertama sang bapak mengalami penderitaan dalam menjalani kehidupan pernikahannya. Suaminya tidak bertanggung jawab dalam menafkahinya. Setelah usut punya usut suaminya itu hanya mencari uang untuk orang tuanya yang kondisinya sangat miskin. Mereka tinggal di terminal, ayahnya menjual rokok keliling sementara ibunya tidak bekerja apa-apa. Namun bukan itu yang disesalkan, disamping uang untuk orang tuanya, uangnya juga habis di meja judi dan untuk membeli minuman keras.

Tidak saja sampai di situ, suatu ketika putri pertama sang bapak mengalami kecelakaan sehingga ia harus dirawat inap di rumah sakit. Tak sesen pun ia dibantu oleh suaminya dalam biaya berobat itu. Sang bapak harus rela membiayai anaknya meski anaknya telah bergantung pada tanggung jawab sang suami. Suaminya bahkan jarang muncul untuk menemani istrinya disaat ia sakit.

Sang bapak akhirnya memanggil menantunya yang tidak bertanggung jawab itu. Ia membicarakan bahwa semestinya menantunya itu lebih bertanggung jawab. Seandainya pun ia kesulitan dalam mencari rezeki, sang bapak siap membantu. Pernah suatu ketika sang bapak memberikan kepercayaan kepada anak menantunya itu untuk menjual tong gas elpiji sepulangnya bekerja sebagai kernet bus. Namun, tak berjalan mulus mengingat tidak dikerjakan dengan serius dan tekun.

Sebenarnya berbagai upaya telah dilakukan sang bapak untuk membantu perekonomian anaknya. Namun karena tidak pernah berjalan dengan baik akhirnya sang bapak tak tahu harus bagaimana dan berbuat apa. 

Lain cerita lagi dengan anaknya yang kedua. Meskipun memiliki keterbatasan, namun setidaknya dapat membuat sang bapak tidak kecewa. Bagaimana tidak, anaknya itu mengalami keterbatasan berupa sering lupa. Kadang-kadang bapaknya sendiri dipanggil om, mas atau pak dhe. Ketika ditanya mengenai sesuatu biasanya si anak akan lama menemukan jawaban dari pertanyaan sederhana sekalipun. Namun sang bapak cukup bersyukur karena anak ke duanya itu rajin bersekolah.

Rasa mengganjal di hati sang bapak ternyata juga datang dari tingkah polah anak ke tiganya. Karena pergaulannya yang tak terkontrol pernah anaknya itu terjerumus menjadi bagian dari komunitas Punk. Nongkrong tak jelas, ngamen di jalanan dan melakukan berbagai kegiatan tak bermanfaat lainnya. Sehingga suatu hari sang bapak mengancam anaknya itu. Ia mengatakan meskipun usia sudah tak muda lagi, tapi ia masih punya tenaga untuk membuat anak laki-lakinya itu babak belur jika tidak mengubah tingkah lakunya. Syukurnya anaknya itu nurut dan tak lagi bergabung dengan komunitas Punk, meskipun sifat nakalnya masih tetap ada.

Anaknya yang paling kecil saat ini masih bersekolah di salah satu SD di Surakarta. Tidak banyak yang diceritakan mengenai anaknya yang satu ini. Namun setahu saya, anak itu tidaklah terlalu nakal, relatif sama dengan anak-anak seusianya yang nakalnya masih dalam taraf yang wajar.

Ceritanya pun berakhir seiring dengan berakhirnya bilasan cucian yang terakhir. Saya hanya menyimak dan sesekali mengangguk serta bertanya dan menanggapi ceritanya.

Saya salut dengan perjuangan bapak ini dalam menghidupi keluarganya. Ia rela begadang berjualan martabak demi anak dan istrinya. Yang saya salutkan juga adalah ketaatannya dalam beribadah, terutama shalat berjamaah. Hampir setiap waktu shalat ia laksanakan secara berjamaah di masjid di dekat kost. Biasanya meskipun sibuk berjualan martabak, ia akan menghentikan aktivitasnya itu ketika adzan berkumandang. Dengan demikian para pelanggannya juga harus sabar menunggu hingga ia selesai melakukan shalat berjamaah di masjid. Biasanya ia akan meninggalkan gerobak martabaknya dan menempelkan tulisan di depannya yang bertuliskan “maaf sedang shalat”. Subhanallah, sungguh jarang saya menemukan orang seperti ini di saat-saat ini dengan hiruk pikuk kesibukan orang-orang mengejar dunia karena tuntutan ekonomi.

Bapak ini juga saya kenal sebagai orang yang ramah dan murah senyum. Dalam berkomunikasi biasanya ia tersenyum dan berbicara sopan. Selain itu ia juga memiliki sifat yang bertanggung jawab. Pada bulan Ramadhan yang telah lewat, kebetulan saya tidak pulang ke Lombok. Jadi, kegiatan berpuasa dan ibadah lainnya saya lakukan di tanah Solo ini. Kami yang tidak pulang kebagian jadwal untuk ceramah setelah shalat subuh, termasuk si bapak ini. Meskipun ia tidak tamat sekolah SD tapi ia benar-benar bertanggung jawab dengan amanah yang diberikan kepadanya. Menurut ceritanya, ia hanya sampai kelas tiga SD, setelah itu putus sekolah karena memilih untuk membantu keluarga menambah penghasilan. Meski demikian, syukurnya ia masih bisa membaca. Ia meminta saya untuk membuatkannya muqaddimah atau pembukaan ceramahnya. Saya pun menuliskannya di selembar kertas dan kemudian dibacanya ketika melakukan ceramah itu. Ia menyampaikan ceramahnya dengan bersemangat, meskipun tidak ada latar belakangnya sebagai penceramah, atau berbicara di depan umum.

Ia juga sering menjadi imam di masjid ketika shalat berjamaah. Meskipun kadang-kadang lupa lanjutan ayat yang dibacanya. Sepengetahuan saya, ia biasanya mendengarkan lantunan ayat-ayat suci alqur’an dari radionya ketika ia sedang melayani pelanggannya ketika berjualan martabak. Kemungkinan menghafal ayat-ayat itu dilakukan dengan mendengarkan dari radio itu.

Saya benar-benar berpikir dan mendapat pelajaran dari kehidupan sang bapak. Saya belajar bagaimana nantinya ketika menjadi seorang bapak. Belajar bagaimana bertanggung jawab atas amanah yang diberikan. Belajar dari beberapa cerita kegagalannya dalam mendidik anak-anaknya. Belajar untuk istiqomah dalam beribadah dan berbuat kebaikan. Serta belajar bagaimana menghadapi berbagai macam cobaan yang hadir dalam kehidupan. Terus terang saya benar-benar belajar dari itu semua.

Surakarta, 23 November 2013


--Hasrul Hadi--

BERGRILYA; DARI PERKANTORAN HINGGA PELOSOK DESA



Dua minggu berlalu terasa begitu singkat. Namun di hari-hari yang telah terlewati, begitu banyak kejadian yang terkadang membuat saya merenunginya. Untuk menjernihkan pikiran, serta agar aliran darah menjadi lancar, menurut saya penting artinya untuk berbagi pengalaman kepada pembaca yang budiman. Oleh karena itu tidak bosan-bosannya saya memaksa jari-jari tangan saya untuk menari di atas keyboard laptop butut ini. Menari dan mengurai kisah yang tak ingin saya simpan sendiri dan tak sudi pula kiranya itu akan terkubur menjadi sebuah rahasia. 

Jikalau mata kita dipelototkan menuju judul tulisan ini, dapatlah kita tersangkut pada sebuah kata, yaitu “bergrilya”. Mungkin mendengar istilah bergrilya, imajinasi kita langsung meloncat menuju zaman-zaman dimana terjadi peperangan. Salah satu strategi yang digunakan adalah “perang grilya”. Perang yang dalam praktiknya menggunakan kelincahan gerakan menyerang musuh secara membabibuta dan spontan kemudian segera bersembunyi. Inilah yang dilakukan pejuang bangsa kita pada masa-masa penjajahan dahulu, mengingat keterbatasan senjata dan pasukan untuk melawan penjajah pada waktu itu.

Namun bukan perang melawan penjajah yang dibahas dalam tulisan ini, melainkan perang melawan ribetnya birokrasi, macetnya jalan pantura dan perang melawan diri sendiri yang selalu senang dengan zone nyaman. Bergrilya yang kami lakukan tujuannya sangat jelas, yaitu untuk mendapatkan data penelitian.

Saya tahu, terlalu banyak Muqoddimah alias pembukaan akan membuat anda bosan. Atau mungkin membuat anda mulai lapar. Baiklah, saya akan segera memulainya, sebelum pandangan anda berkunang-kunang karena kebanyakan kata pengantar.
**
Sudah dua minggu ini kami berada di Sayung Demak. Kegiatan penelitian ini memaksa kami harus bergrilya untuk mengumpulkan data yang berserakan. Baik dengan cara wawancara, observasi maupun menelaah dokumen-dokumen. Kegiatan wawancara dan observasi kami lakukan di sela-sela mengurus perizinan penelitian. Namun demikian, untuk studi dokumen masih mandeg, mengingat dokumen yang akan dipelajari masih entah dimana.

Terus terang, sampai saat ini (selama dua minggu), kami masih berkutat pada perizinan dan mohon bantuan data di kantor bapak-bapak dan ibu-ibu yang konon katanya “terhormat”. Untuk tujuan itu, kami harus rela mondar-mandir di jalur Pantura (Pantai Utara). Bisa dibayangkan, dengan kondisi jalanan yang ramai dengan kendaraan-kendaraan raksasa semacam truk gandeng, tronton, kontainer, bus-bus dan kendaraan pribadi yang berlalu lalang. Sewaktu-waktu, jika konsentrasi mengendarai speda motor memudar, maka ada kemungkinan anda akan “dicium” oleh bemper Truk Tronton. Disamping laju kendaraan yang ramai dan terkadang macet, disemarakkan dengan panas terik matahari yang menyengat kulit. Debu-debu yang berterabangan mengganggu pandangan, bau limbah cair pabrik-pabrik sepanjang jalur Pantura juga menambah eksotis suasana.

Pernah suatu ketika, kami harus bolak-balik sebanyak tiga kali tanpa istirahat dari kontrakan menuju kota Demak. Waktu yang diperlukan untuk menempuh rute itu adalah 30 menit. Berarti sekitar 180 menit (3 jam) kami habiskan hanya untuk menikmati jalur Pantura. Tidak terlalu lama memang, namun cukup menguras tenaga ketika perjalanan di siang hari saat matahari lagi lapar-laparnya.

Tragedi bolak-balik itu sebenarnya akibat ketoledoran kami. Setelah sampai di kantor Kesbangpol, kami hanya membawa surat izin dari kampus. Padahal salah satu persyaratannya adalah menyerahkan proposal penelitian. Terpaksa, kami harus kembali ke kontrakan dan mengambil proposal yang kami kira telah siap sedia. Namun ternyata, tertinggal di Solo. Terpaksa harus nge-print file yang syukur saja masih ada di laptop. Setelah kembali ke kota Demak dan cukup lama mencari, terdamparlah kami pada sebuah kedai pengisian pulsa. Dan ternyata di sana juga menyediakan jasa pengetikan termasuk print out. Itulah yang kami butuhkan saat itu. Dua proposal pun sudah berwujud lembaran-lembaran yang siap untuk dijilid. Dan sialnya lagi, lembar pengesahan yang telah ditandatangani dosen pembimbing tertinggal di kontrakan. Jelas, harus menelusuri Pantura lagi untuk mengambilnya.

Panasnya jalanan di jalur pantura, seiring sejalan dengan tidak efektifnya orang-orang kantor instansi dalam bekerja. Pekerjaan yang seharusnya selesai dalam beberapa menit saja harus ditunda-tunda sampai batas waktu yang tidak jelas. Ada beberapa pengalaman untuk yang satu ini. Sehingga ini cukup menyebalkan bagi kami.

Pertama, ketika kami memasukkan surat izin sekaligus mohon bantuan data di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan. Surat itu kami masukkan pada hari selasa minggu lalu. Ternyata, kami diminta datang lagi pada hari jumat. Hal ini lantaran kepala dinasnya sedang berada di luar kota. Kami mengalah. Setelah memenuhi permintaan untuk datang hari jumat, kami diminta lagi datang hari senin. Alasannya, mereka akan pergi ke lapangan. Entah lapangan basket atau lapangan sepak bola. Dan sampai detik ini kami belum menindak lanjutinya lagi, mengingat kami disibukkan dengan grilya ke desa-desa. Kedua, ketika berkunjung ke salah satu desa yang akan menjadi lokasi penelitian kami, yaitu desa Sriwulan. Salah seorang staf yang diminta melayani kami untuk keperluan data harus menunda memberikan datanya, sehingga kami harus berkunjung lagi ke kantor desa itu. Tidak efektifnya pelayanan menurut saya terletak pada penghambur-hamburan waktu untuk keperluan yang kurang begitu penting. Hanya untuk memberikan kami data monografi desa, harus menunggu dua sampai tiga hari kedepan. Alasannya, akan ada kunjungan tamu penting. Ia harus menyiapkan segala sesuatunya. Namun yang kami tidak habis pikir, ketika melayani kami, bukannya informasi yang kami butuhkan yang dibahasnya, melainkan curhat tentang keluarganya. Tidak hanya curhat dengan masalah keluarga, ditambah lagi ia menceramahi kami, layaknya menceramahi “anak baru gede”. Bicara yang tidak substansial itu berlangsung hampir 25 menit. Sangatlah cukup untuk mengambil draf data monografi desa dan meminta kami memfotocopynya. Entahlah.

Tidak saja sampai disitu, kami merasakan sulit sekali mendapatkan data. Ini dikarenakan kemungkinan rendahnya kesadaran mereka akan pentingnya data. Mengutip kata kepala arsip daerah “mungkin instansi-instansi ini belum sadar betul arti pentingnya data sehingga menunggu bencana dulu baru merasa. Kepala arsip daerah kabupaten demak mengeluhkan data yang tak kunjung masuk dari berbagai instansi pemerintah lainnya. Padahal telah beberapa kali menyebarkan surat edaran untuk itu. Dalam undang-undangpun sudah diatur sangat jelas mengenai kearsipan ini. Namun banyak yang “mbalelo” dalam hal ini. Meskipun tidak semua instansi bigutu, kami merasakan betul kemiskinan data di kabupaten demak ini. Kami selalu pulang dengan tangan hampa. Jika tidak bisa melayani kami hari itu, alasannya adalah tidak adanya data. Hal yang menurut saya sangat aneh, padahal semua itu dikelola oleh orang-orang berpendidikan.

Bosan dengan urusan di kantor-kantor, kami menghilangkan penat dengan bergrilya di pelosok-pelosok desa. Mulai dari ujung barat bagian utara sampai ujung timur bagian utara. Untuk diketahui, Kami meneliti empat desa yang kesemuanya itu termasuk dalam Kecamatan Sayung dan berbatasan langsung dengan laut. Desa itu adalah Desa Sriwulan, Bedono, Timbulsloko, dan Surodadi. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, baik melalui media, warga, maupun peta, keempat desa tersebut merupakan desa yang paling parah tingkat abrasi dan banjir pasang air lautnya (rob). Inilah yang menarik perhatian kami ke ujung utara desa-desa ini.

Di sebelah barat adalah desa Sriwulan yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang. Di bagian ujung utara desa ini yang berbatasan langsung dengan laut terdapat beberapa kenampakan. Ternyata abrasi telah meluluh lantakkan beberapa rumah warga dan memaksa mereka untuk berpindah tempat tinggal. Bisa dikatakan rumah-rumah itu hancur tak berbentuk rumah lagi. Meskipun ada beberapa rumah yang masih terlihat dengan tembok dan atapnya, namun sudah tidak berpenghuni. Mengingat lantai rumah itu selalu tergenang air laut. seperti perkamupungan yang mati. Begitu sepi. Mendengar cerita-cerita warga pun kami menjadi tercengang. Dimana dulunya di kampung itu begitu subur lahan sawahnya. Namun semua itu saat ini telah sirna. Sawah-sawah telah berubah menjadi lahan tambak. Dan lahan tambakpun terancam keberadaannya ketika pasang air laut terjadi. Pada waktunya semua akan tenggelam. 

Desa Bedono pun menyimpan cerita yang tak kalah memprihatinkannya. Telah terjadi relokasi warga di Dusun Tambak Sari dan Rejosari Senik, mengingat kampung mereka telah berubah menjadi sarang air laut. Terutama di kampung Senik. Dulunya dihuni oleh 206 kepala keluarga, dan saat ini mereka telah dipindahkan untuk tujuan keselamatan. Sementara di dusun Tambak Sari sekitar 6 kepala keluarga masih bertahan di sana. Kampung mereka yang berupa lahan mangrove yang becek di tengah laut sana tetap mereka huni. Alasanya, disanalah tempat kelahiran mereka dan semestinya disana pula ia akan menghabiskan sisa hidupnya. Padahal dulunya kampung mangrove itu dihuni oleh 65 kepala keluarga. Beralasan memang, selain alasan tempat kelahiran dan tempat mencari penghidupan, diujung utara pulau mangrove ini juga terdapat makam Syaikh Zakir yang mereka jaga. Makam itu adalah makam salah satu tokoh agama terkemuka dan masih satu darah dengan warga di Dusun Tambak Sari. 

Lain cerita dengan di Desa Surodadi dan Timbulsloko yang sudah memiliki pemecah gelombang sebagai penangkal abrasi maupun banjir. Mekipun demikian, beberapa rumah masih berptensi tergenang, karena tidak semua mampu dihalau oleh pemecah gelombang. Kami sempat berkunjung ke dua desa itu. Kami juga sempat sampai pada ujung jalan buntu. Di ujung jalan itu terdapat pangkalan perahu yang biasa digunakan melaut oleh warga setempat. Tepat ditengah hutan mangrove dengan sungai yang terlihat mulai mengering, perahu-perahu tergeletak begitu saja. Tak ada aktivitas nelayan disana. Seperti sengaja ditinggal dan menunggu air pasang agar dapat menggerakkan perahu-perahu tersebut. Ini wajar karena ini musim kemarau. Sehingga debit air sungai agak berkurang. Kami juga sempat bercengkrama dengan anak-anak kecil yang sedang bermain dipinggiran pantai dengan wajah-wajah polos mereka. Mereka terlihat seperti tanpa beban di tengah-tengah bencana yang mereka hadapi.

Begitu banyak kisah yang bisa diurai dari perjalanan ini. Namun, tak mampulah diceritakan secara detil semua itu disini. Saya yakin betul dengan ungkapan “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Saya selalu merenung dengan apa yang pernah saya alami. Selalu kita diajarkan hal-hal yang luar biasa dari apa yang pernah kita lakukan. Saya selalu menganggap itu sebagai suatu cerita yang menarik. Bukan sebuah keluhan, melainkan pengalaman yang harus diambil hikmahnya. Disyukuri, dan harus dibagi. Semoga saja menginspirasi.
Salam,
*** 
Demak, 1 Oktober 2013


--Hasrul Hadi--