Selasa, 19 Maret 2019

Mengelola Sampah dengan 3M

Saya teringat dengan konsep "memulai kebaikan" yang ditawarkan oleh Aa Gym. Ia menyebutnya 3M (Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal terkecil, dan Mulai dari sekarang). Segala macam kebaikan bisa dimulai dengan metode ini. Wacana besar tanpa dimulai dengan tindakan, sama saja dengan omong kosong. Sekecil apapun tindakannya, jika dilakukan konsisten atau istikomah, maka peluang memperoleh kebaikan yang lebih besar pun akan terbuka lebar.

Dari konsep 3M tersebut saya cukup terinspirasi untuk menyelesaikan permasalahan sampah yang tak berkesudahan. Untuk tau bagaimana pelik nya masalah sampah ini tak perlu repot searching di google. Di sekitar kita pun masalah sampah masih belum bisa tertangani dengan baik. Maka, dengan metode 3M ini menurut saya cukup efektif mengurangi masalah sampah terutama mulai dari sumbernya.

Pertama, Mulai dari diri sendiri. Tidak mungkin orang lain yang kita minta untuk menyelesaikan masalah sampah, sementara kita sendiri belum beres. Masih punya kebiasaan membuang sampah sembarangan. Maka dari itu, dengan memulai dari diri sendiri minimal kita sudah belajar dan memiliki pengalaman dalam mengelola sampah sendiri. Sehingga bisa menginspirasi dan bahkan diikuti oleh orang lain. Sehingga tak perlu banyak ceramah dan pidato, karena ada bukti nyata yang dapat diteladani. Terus terang, saya pun masih belajar mengelola sampah saya sendiri dan keluarga. Tapi syukurnya sudah saya mulai. Dan insyaalloh ke depan akan terus dilakukan. Mulai memilah sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik) menjadi pintu awal pengelolaan sampah. Tanpa itu, maka kita tak akan bisa mengelolanya dengan baik. Intinya, memulai dari diri sendiri dan keluarga tentu sangat penting. Karena sangat tak mungkin orang lain atau tetangga kita yang datang kerumah untuk membersihkan sampah kita sendiri.

Kedua, Mulai dari hal terkecil. Tak mungkin menyelesaikan sampah satu negara tanpa diselesaikan di tingkat provinsi, begitu pula provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, kekadusan/lingkungan, RT, RW tak akan ada artinya jika tidak dimulai dari unit terkecil, yaitu keluarga. Unit terkecil dari keluarga itu adalah anggota keluarga/ individu. Dan tentu setiap orang adalah anggota keluarga/indivudu yang seharusnya memulai menyelesaikan masalah sampahnya sendiri. Jika saja semua individu di negara kita Indonesia ini sadar dan mau mengelola sampahnya sendiri mungkin tak ada lagi masalah sampah di negeri ini.

Ketiga, Mulai dari sekarang. Tak perlu menunggu lama. Tak perlu alasan macam-macam. Kita semua pasti bisa melakukannya. Hanya saja kita lebih senang membuat alasan-alasan ketimbang tindakan nyata. Kita lebih senang nyinyir dari pada berbuat untuk memulai dan mengawal perubahan. Maka kebaikan apapun, termasuk mengelola sampah sendiri harus dimulai saat ini. Tanpa ditawar-tawar lagi. Pepatah bijak mengatakan "tak perlu menjadi ahli untuk memulai, tapi memulailah maka kau akan menjadi ahli".

Semua yang saya uraikan dalam tulisan ini tentu tak akan menjadi apa-apa jika tidak ditindak lanjuti. Ini karena kembali kepada diri kita masing-masing. Pilihan nya ada pada diri kita masing-masing. Ingat, setiap pilihan itu disertai dengan resikonya masing-masing. Bahkan tidak memilih pun adalah pilihan, dan itu juga mengandung resiko.

Wassalam.
Korleko, 20 Maret 2019
--HH



Senin, 11 Maret 2019

Fokus Pada Keterampilan Menulis

Beberapa hari yang lalu saya memberikan tugas kepada mahasiswa saya. Tugas mereka sebenarnya mudah saja, yakni membuat akun blogspot. Tujuan saya memberikan tugas ini tak lain hanya ingin mengasah keterampilan menulis mereka. Nantinya tugas perkuliahan juga akan diposting melalui blog masing-masing. Sehingga saya tak perlu repot memeriksa tugas dalam bentuk print out. Bisa langsung diperiksa di blog mereka. Lebih praktis dan murah. Tidak menguras kantong mereka pula tentunya.

Saat ini baru tujuh orang yang melaporkan bahwa akun blog mereka sudah jadi. Mereka mengirimkan langsung link-nya melalui whatsapp. Saya baca dan langsung berikan komentar. Tak lupa saya apresiasi dan semangati mereka agar terus menulis.

Tugas membuat blog dan mengembangkan konten nya ini saya akan berlakukan di hampir seluruh mata kuliah saya. Jadi setiap mahasiswa yang saya ajar akan memiliki blog. Mereka harus melaporkannya kepada saya. Saya pun mencatat setiap akun blog beserta nama mahasiswa pemiliknya. Saya berkomitmen akan memantau terus siapa yang benar-benar serius mau menulis.

Bisa dibayangkan, baru tujuh mahasiswa yang melaporkan blognya. Berarti ada tujuh cerita yang berbeda. Meskipun menceritakan hal yang sama tentu mereka memiliki sudut pandang yang berbeda. Ini akan menjadi satu hal yang menarik bagi saya.

Saya berusaha mengasah kemampuan menulis mereka tersebab keterampilan menulis adalah satu dari beberapa keterampilan yang harus dimiliki setiap orang di abad 21 ini. Karena dengan menulis ada proses berpikir di otak mereka. Dengan menulis pula, mau tidak mau mereka harus membaca. Ini jelas menguntungkan ditengah lemahnya literasi dan gempuran media sosial yang begitu dahsyat.

Saya berencana akan berusaha juga untuk terus menulis. Membersamai mereka. Terus memberikan komentar positif, mengapresiasi dan memotivasi mereka. Saya punya keyakinan, mereka akan menjadi orang-orang yang akan dilihat rekam jejaknya kelak melalui tulisannya. Salah satunya melalui blog yang mereka buat hasil dari tugas yang saya berikan.

Keterampilan menulis menurut saya sangat penting. Bayangkan di era digital seperti saat ini. Sebagian besar pekerjaan membutuhkan keterampilan ini. Jangankan jurnalistik dan bidang sastra. Bidang-bidang lain pun tak luput dari kebutuhan keterampilan menulis. Menjadi pengusaha tentu membutuhkan iklan produk, salah satunya adalah iklan tertulis. Profesi guru, Aktivis, bahkan pedagang pecel pun memerlukan keterampilan menulis. Dan tak dapat lagi disebutkan begitu banyak profesi yang membutuhkan keterampilan menulis. Lantas kita masih enggan untuk berlatih menulis? Menurut saya sangat merugi.

Ada kata -kata mutiara yang selalu saya ingat dari Pramudia Anantatoer, seorang penulis besar negri ini. Ia berkata, "menulislah, karena menulis adalah bekerja untuk keabadian". Artinya peninggalan yang paling berkenungkinan besar membuat kita terus diingat dan "abadi".

Saya berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi mereka. Sekaligus mereka juga dapat menebarkan banyak manfaat baik secara lisan maupun tulisan.

Korleko, 12 Maret 2019

Rabu, 06 Maret 2019

Hentikan saling caci maki dan fitnah

Begitu banyak perdebatan. Caci maki, bully dan berita bohong. Tidak hanya datang dari satu kubu tapi bisa dipastikan berasal dari ke dua kubu. Tetutama para pendukung lapis bawah. Tak terlalu sulit untuk melihat dengan gamblang fenomena ini. Cukup ketik kata kunci "cebong" atau "kampret" kita sudah menemukan perdebatan sengit di media sosial.

Saya melihat perdebatan, saling caci maki dan fitnah ini semakin menjadi-jadi menjelang hari pemilihan presiden dan wakil presiden tanggal 17 April 2019. Baik kubu Prabowo-Sandi maupun Jokowi-Amin masing-masing menyerang sambil menanjung capres cawapres pilihan mereka.

Nuansa yang cukup terasa adalah mencuatnya isu perbandingan ulama di masing-masing kubu. Ulama di kubu Jokowi-Amin dipersepsikan dengan (maaf) sebagai ulama "penjilat" penguasa. Sementara ulama di kubu Prabowo-Sandi dipersepsikan "doyan" menghujat dan "radikal". Saya merasa situasi ini jelas tidak positif bagi persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa. Bagaimana mungkin ulama yang seharusnya kita dengar fatwanya, kita teladani tingkah lakunya justru ditempatkan pada posisi yang sangat hina. Lalu di mana adab kita sebagai manusia, jika ulama sebagai penerus para nabi tidak kita hormati seperti itu.

Sudah saatnya kita dewasa. Saatnya pula kita hentikan perdebatan, caci maki dan fitnah. Saatnya berkompetisi politik yang sehat. Saling rangkul sebagai saudara sebangsa. Tetap bersaudara dalam kebaikan meski berbeda dalam pilihan politik. Bukankah aset terbesar bangsa ini adalah persaudaraan? Saya tidak bisa membayangkan jika bangsa kita yang terdiri dari beragam suku dan agama terpecah belah hanya karena momen yang bernama pilpres. Mari kita renungkan bersama.

Korleko, 6 Maret 2019
--HH