Rabu, 30 Mei 2018

MAHASISWA LPTK DAN PELUANG KERJA PASCA LULUS


Oleh :
Hasrul Hadi, M.Pd
(Dosen FKIP Universitas Hamzanwadi)

Wisuda menggambarkan acara seremonial kelulusan dan penetapan gelar dari perguruan tinggi. Tergambar senyum bahagia dan penuh haru dari para wisudawan maupun orang tua dari para wisudawan. Ini menandakan bahwa berakhirnya masa studi dan dibukanya lembaran baru pasca studi di dunia nyata. Yakni dunia masyarakat.
Kebahagiaan pada saat wisuda itu sering kali tidak bertahan lama. Dalam hitungan hari keceriaan pada saat wisuda itu berubah menjadi kegelisahan dan kegamangan. Sarjana yang baru saja lulus sudah mulai dengan pikiran-pikiran mengenai masa depan, khususnya masalah pekerjaan. Mulai muncul perasaan tidak nyaman terus bergantung kepada orang tua. Meski tidak semua sarjana di awal kelulusannya seperti itu, namun ini adalah kondisi umum yang dialami oleh sarjana yang baru saja lulus.
Info lowongan kerja di berbagai media masa maupun internet terus diburu. Sharing dan tukar informasi dengan teman dan sahabat tak henti dilakukan. Setiap ada lowongan kerja tak lupa ikut serta memasukkan lamaran. Namun mengingat persaingan yang begitu ketat sering kali membuat kemungkinan diterima bekerja menjadi semakin kecil, bahkan sirna.
Akhirnya kembali lagi pada kebingungan dan kegamangan. Pilihan terakhir, dari pada tidak bekerja, biasanya sarjana baru ini tidak perduli dengan bidang yang digelutinya selama kuliah. Apapun peluang kerja yang ada langsung diambilnya tanpa pikir panjang. Semua gengsi terpaksa dibuang jauh-jauh dan akhirnya cukup mampu menjadikannya bisa bertahan hidup meskipun dengan berbagai macam rintangan dan tantangan. Salah satu tantangan yang sering mengganjal adalah ketidaksesuaian pekerjaan dengan bidang yang digeluti selama kuliah. Hal ini terjadi karena pekerjaanlah yang mengatur si sarjana tadi bukan ia yang menentukan sendiri apa yang harusnya ia kerjakan. Sering kali fenomena ini menyisakan tekanan dalam batin mereka. Jadilah mereka pekerja-pekerja yang kurang bersemangat, sarat dengan keluhan. Masa depan tak seindah bayangan mereka dulu ketika masih kuliah.

Perlunya menciptakan peluang
Peluang itu sebaiknya bukan ditunggu, tapi diciptakan. Begitulah kira-kira ungkapan yang sering kita dengar dari para motivator. Tentunya itu merupakan ungkapan yang tidak salah. Masalahnya sering kali sarjana hanya menunggu, bukan menciptakan peluang kerja bagi diri mereka. Hanya sebagian kecil dari mereka yang bekerja berdasarkan hasil jerih payah mereka sendiri dalam menciptakan peluangnya. Sisanya hanya menunggu datangnya peluang kerja.
Sarjana yang lulus dari Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) tentunya sudah paham akan tujuannya dipersiapkan menjadi seorang guru. Jika sarjana pendidikan ini memang serius untuk menjadi guru hendaknya itu harus sudah dipersiapkan sejak masa masih menjadi mahasiswa. Sehingga setelah lulus peluang menjadi guru semakin terbuka lebar. Sehingga tujuan yang diinginkan bisa diwujudkan lebih cepat dengan cara yang lebih mudah. Persiapan dan kerja keras adalah suatu hal yang penting untuk menciptakan peluang sekaligus mencapai apa yang kita inginkan. Bruce Lee pernah berkata “persiapan untuk hari esok adalah kerja keras hari ini”. Ini artinya jika ingin sukses di masa depan maka hari inilah yang menjadi penentunya. Kita isi dengan apa hari ini, kerja keras atau hanya santai saja. Pertanyaan ini kembali kepada diri kita masing-masing.
Menjawab kegelisahan dan kegamangan itu saya ingin memberikan sebuah gambaran bagaimana peluang menjadi guru itu bisa diciptakan. Terutama sejak masih menjadi mahasiswa aktif di sebuah LPTK. Pertama, mahasiswa hendaknya aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Terutama organisasi yang terkait langsung dengan bidang pendidikan di sekolah. Misalnya saja pramuka, PMR, Kelompok Karya Tulis Ilmiah, Marching Band, dan sebagainya. Aktif dalam kegiatan organisasi akan mengasah kemampuan mahasiswa dalam bidang kepemimpinan dan manajerial serta mengasah keterampilan mahasiswa dalam bidang organisasi yang digelutinya. Kedua, mahasiswa hendaknya melibatkan diri menjadi guru relawan (volunteer teacher). Terutama bagi anak-anak putus sekolah yang kurang mampu, membuka kelas sore non-formal untuk berbagai pengetahuan dan keterampilan seperti baca tulis, membaca alquran, kerajinan tangan, seni dan olah raga, membuat komunitas literasi seperti membaca dan menulis bagi anak-anak, dan sebagainya. Ketiga, dari dua langkah sebelumnya maka perlu adanya jejaring. Mahasiswa hendaknya membangun komunikasi dengan berbagai pihak terutama pihak sekolah untuk mendermakan ilmu dan keterampilan yang dimilikinya. Awalnya bisa saja menjadi relawan di sekolah yang bersangkutan, lambat laun sambil meningkatkan keterampilan dan kompetensi serta dedikasi yang tinggi, maka besar kemungkinan akan direkrut menjadi guru tetap di sekolah bersangkutan. Keempat, bisa saja dengan potensi diri berupa kompetensi dan keterampilan dalam bidang kepemimpinan dan manajerial yang diperoleh dari organisasi digunakan untuk menghimpun rekan sejawat yang nasibnya sama untuk membangun sebuah lembaga pendidikan. Baik berupa lembaga sekolah, lembaga pelatihan atau training, maupun lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan.
Memang, hasil pemikiran ini tak selamanya bisa mengantarkan pada tujuan menjadi seorang pendidik (guru). Mengingat berbagai kondisi yang dihadapi tidak sepenuhnya sama dan berulang. Namun semua itu tergantung dari seperti apa kita merencanakan serta bekerja keras untuk mewujudkan tujuan yang kita harapkan.

Korleko, 31 Mei 2018




Selasa, 29 Mei 2018

RENUNGAN DI BULAN PENUH RAHMAT


Saat ini kita sudah memasuki hari ke 14 dari bulan yang sangat mulia, bulan Ramadhan 1439 H. Sepertinya kita harus setiap hari mengevaluasi apa saja yang telah kita lakukan pada bulan ini. Terutama ibadah yang kita lakukan. Bagaimana dengan shalat wajib kita, apakah sudah tepat waktu atau belum, berjamaah atau belum. Bagaimana dengan shalat sunnah kita, Shalat duha, tahajjud, rawatib, dan shalat-shalat sunnah yang lain. Bagaimana dengan bacaan Al-Qur'an kita, rutin terjadwal, setiap ada waktu luang atau masih jarang membaca, menghafal dan memahami maknanya. Sedekah kita bagaimana, sudahkah kita memberikan rizki terbaik kita kepada sesama yang membutuhkan. Sudahkah kita berbuat baik kepada keluarga, kerabat dan sahabat-sahabat kita. Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Mari Kita Renungkan masing-masing.

Selamat Berpuasa, Semoga Berkah..!!!
Aamiin..!!

Rabu, 30 Mei 2018

--Hasrul Hadi

Materi Kuliah Geografi Regional Dunia 2023

Materi perkuliahan (PPT) dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-7 serta tugas dapat diunduh DI SINI