Hampir setiap hari saya bermedia social.
Saya memiliki beberapa akun dan aplikasi yang saya gunakan untuk bermedia sosial.
Diantaranya facebook, instagram, twitter, whatsapp, dan youtube. Namun yang
paling sering saya gunakan adalah facebook dan whatsapp. Puasa yang saya
maksudkan bukan berarti menutup semua akun atau menghapus semua aplikasi media sosial
saya, tidak. Saya hanya menyembunyikannya di sebuah folder di smartphone saya
kemudian tidak menggunakannya jika tidak benar-benar diperlukan atau jika tidak
memiliki tujuan dan manfaat yang jelas.
Untuk saat ini saya masih
menyisakan satu saja akun media sosial saya yang akan saya gunakan yaitu whatsapp.
Alasannya tentu karena alasan pekerjaan. Bukan alasan hiburan atau sejenisnya. Di
beberapa grup whatsapp memang ada yang menggunakannya untuk bermain-main,
melontarkan canda tawa, saling berkirim gambar-gambar meme dan video lucu,
namun ada juga yang serius untuk pekerjaan, pengembangan karir, ilmu
pengetahuan, dan produktivitas dan hal-hal positif lainnya. Maka saya
menargetkan untuk menyeleksi grup-grup tersebut mana yang menguntungkan dan mana
yang merugikan untuk diikuti.
Sementara itu untuk pertanyaan
mengapa saya “memarkir” akun media sosial saya seperti facebook, twitter,
instagram dan youtube maka saya punya jawabannya. Jawaban pertama sudah saya
sampaikan yaitu alasan menghabiskan waktu tanpa manfaat yang berarti. Selain itu
beberapa konten-konten yang tidak penting seperti hoax, pornografi, kekerasan,
perselisihan dan sejenisnya bertebaran di media sosial sehingga sering kali
kita terbawa arus untuk terlibat di dalamnya. Energi dan pikiran kita terkuras
hanya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Sangat merugikan bagi kita
tentunya. Waktu habis, ilmu pengetahuan tak dapat, malah dosa dan penyakit hati
dan pikiran yang semakin bertumpuk. Dan tidak menutup kemungkinan akan merembet
berdampak pada menurunnya kesehatan fisik pula.
Saya coba uraikan secara singkat
pengalaman bermedia sosial saya di masing-masing akun. Di facebook misalnya. Saya
hanya melakukan scrolling membaca
sekian banyak status teman-teman facebook saya yang bertebaran di dinding
facebook saya. Mungkin ada beberapa teman yang memposting hal-hal yang positif,
namun tak jarang juga yang memposting hal yang negatif. Hal ini mengingat
banyak dan beragamnya latar belakang, kebiasaan dan pemikiran mereka. Ada yang
senang mengkritik pemerintah, ada yang suka berjualan, ada yang suka narsis
pamer-pamer foto, ada yang senang berdiskusi, ada yang sering curhat, ada yang
menyampaikan gagasannya, ada yang berbagi pengalaman, sampai ada yang menyindir
dan memaki-maki orang lain. Sangat beragam sekali, sehingga jika dibaca dan
dikomentari satu persatu tentu waktu saya akan habis hanya untuk itu.
Jika di facebook saya banyak menemukan
beragamnya kebiasaan dan pemikiran teman-teman maka lain halnya dengan twitter.
Di twitter biasanya saya melihat apa perkembangan yang terjadi saat ini. Biasanya
suatu yang hangat dibicarakan di twitter akan menjadi tranding topic. Dengan melihat
tagar atau kata yang telah tranding topic maka kita bisa terlibat dalam
pembicaraan tersebut. Biasanya yang sering tranding topic adalah seputar
kejadian-kejadian yang menjadi konsumsi nasional. Misalnya masalah politik, semacam
kebijakan, empati sosial, mengutuk perbuatan oknum tertentu dan sebagainya. Memang
jika kita mengikuti itu semua maka juga akan kehabisan waktu, sehingga kita
tidak bisa menjadi orang yang produktif. Selain itu pengguna-pengguna twitter
juga sebagian tidak menyaring apa yang ditwittnya, terutama dari kata-kata kasar
dan kotor dan tidak sopan, konten-konten pornografi, dan perdebatan-perdebatan
yang bisajadi berujung pada pertengkaran, konflik bahkan perpecahan. Meski demikian
tentu ada dampak positifnya juga.
Di instagram, biasanya kita
disuguhkan gambar dan video. Nah kelemahan di instagram ini bagi saya selain
hal-hal yang sudah saya sampaikan pada facebook dan twitter juga masalah banyaknya
kuota internet yang habis, karena berbasis gambar dan video. Ini yang
sebenarnya cukup membuat saya malas menggunakan instagram. Sering kali kita
terlena melihat gambar-gambar bahkan menonton video. Sehingga tanpa sadar kuota
internet menjadi semakin berkurang dengan begitu cepatnya. Ini mirip juga
dengan menggunakan akun youtube. Di mana youtube adalah aplikasi media sosial
dengan konten berbasis video. Tentu ini adalah alasan ekonomi. Mengingat kebutuhan
ekonomi tidak hanya untuk kuota internet, tapi juga kebutuhan lainnya. Apalagi
di masa-masa pandemic covid-19 seperti yang kita hadapi saat ini. Hampir semua sector
ekonomi lumpuh. Sehingga memaksa kita untuk bekerja keras menghasilkan uang,
selain itu sebagai konsekwensinya kita juga harus bekerja keras bagaimana
menggunakan uang sehemat mungkin. Kurang lebih inilah alasan saya mengapa mulai
hari ini saya memutuskan untuk berpuasa bermedia sosial.
Korleko, 26 Mei 2020