Jumat, 17 November 2017

MENULIS; ANTARA INSPIRASI, KEMATANGAN KONSEP DAN KONSISTENSI

Sumber : Google.com

Sering kali kita merasa bingung ketika hendak menulis. Dalam benak kita bertanya-tanya "mau menulis apa ya?". Kelamaan mikir akhirnya tidak jadi menulis. Kadang pula, ketika kita sudah berusaha menulis, tapi tak sampai juga ke ujung tulisan. Dengan kata lain kita sering berhenti menulis sebelum tulisan utuh dibuat.

Setelah saya membaca dan berpikir tentang sebuah inspirasi, saya kemudian mendapat sedikit pencerahan. Ternyata, selama ini kita kebanyakan menunggu datangnya inspirasi. Padahal, inspirasi begitu banyaknya dan bertebaran di muka bumi ini. Hanya saja mungkin kita belum terlalu aktif mencari dan menemukannya sebagai bahan tulisan.
Begitu banyak hal yang bisa kita tulis dari kepingan-kepingan perjalanan hidup yang kita jalani. Tak perlu jauh-jauh, diri kita sendiri misalnya, bisa jadi bahan tulisan. Keluarga, teman, sahabat, pekerjaan, berita yang berkembang, dan masih banyak lagi bahan untuk ditulis. Apalagi di era teknologi seperti saat ini. Tidak hanya informasi di dunia nyata seperti surat kabar mainstream, juga di dunia maya yang begitu melimpah ruah. Tinggal bagaimana kreativitas kita mengolahnya menjadi tulisan menarik dan bermanfaat.
Tema apa yang menurut kita remeh temeh justru bisa jadi konten tulisan yang menarik bagi orang yang kreatif. Kita perlu mengasah kereativitas dalam menulis, sehingga tulisan kita tidak terkesan kaku, tanpa ruh dan magnit yang menyedot perhatian para pembaca. Dari itu saya mencoba secara terus menerus berusaha belajar bagaimana menghasilkan tulisan menarik dan berkualitas. Saya punya keyakinan bahwa kompetensi di bidang apapun akan cepat dikuasai dan berpeluang menjadi expert jika jam terbang di bidang itu tinggi, artinya pekerjaan itu sering dan berulang kali kita lakukan. Termasuk kompetensi dalam menulis.
Kemudian, kembali sedikit saya singgung tentang masalah tulisan yang gagal jadi alias berhenti di tengah jalan. Penyebab utama masalah ini menurut saya adalah belum lengkap dan detilnya konsep di otak kita. Tentunya konsep yang terkait dengan topik yang akan ditulis. Sehingga wajar kemudian gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan hanya sepotong. Itulah sebabnya mengapa kemudian kita perlu mematangkan konsep di otak sebelum menuliskannya. Begitu kira-kira.
Tapi apa pun teorinya, hanya intensitas menulis yang tinggilah yang akan berhasil menjadikan kita penulis. Karena sejatinya jika kita hanya berpikir tanpa berbuat, maka tak ubahnya seperti hanya melamun dan berangan-angan belaka. Bruce Lee pernah berkata "Aku tak takut dengan seribu jenis tendangan yang dilatih hanya satu kali, tapi aku hanya takut dengan satu jenis tendangan yang dilatih seribu kali". Apa maknanya? Jika kita sudah berkomitmen menjadi penulis mari kita tekuni dan hadapi segala resikonya. Menulis dan tekuni, tak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menekuni kompetensi yang lain sebelum kompetensi menulis benar-benar dikuasai. Ada semacam adegium tentang pendidikan di negara kita "pendidikan di negara maju menghasilkan orang-orang yang tau banyak tentang hal yang sedikit, sementara di negara kita pendidikan hanya menghasilkan orang-orang yang tau sedikit tentang hal yang banyak". Artinya kita perlu menciptakan expert-expert yang punya kompetensi mendalam yang bukan hanya tau serba sedikit. Termasuk expert dalam hal menulis.
Demikian kira-kira coretan yang bisa saya suguhkan di pagi yang agak mendung ini. Semoga bermanfaat. Korleko, 17 November 2017. --HH

Rabu, 15 November 2017

KEDEWASAAN DALAM BERPOLITIK

Sumber : Google.com

Akhir-akhir ini saya intens mengikuti perkembangan politik di desa saya, yakni Desa Korleko. Maklum, suhu politik pilkades sudah mulai agak menghangat. Letupan-letupan konflik sudah mulai terdengar di sana sini, meski intensitasnya masih kecil. Hal ini wajar, mengingat setiap calon kepala desa bersama dengan tim nya sedang berusaha sekuat tenaga agar dapat meraih simpati masyarakat pemilih. Meski belum ada bukti konkrit yang saya temukan, isu money politic sudah santer terdengar. Ini jelas menodai demokrasi kita yang sudah bersusah payah dibangun oleh para pendiri bangsa dengan menekankan pada pelaksanaan demokrasi yang bersih.
Fenomena terpolarisasinya masyarakat pada kelompok-kelompok calon kepala desa yang mereka dukung menimbulkan hal lain yang tak kalah penting. Apa itu? Semakin menguatnya soliditas masyarakat pada satu kelompok, dan merenggangkan hubungan dengan kelompok lainnya di satu sisi.Misalnya saja, saya mendengar cerita dari seorang warga bahwa ia memiliki sepupu yang rumahnya tepat berada di depan rumah warga tersebut. Pernah suatu ketika mereka berdua hendak sama-sama keluar dari rumah mereka masing-masing. Terpolarisasinya masyarakat pada kelompok-kelompok calon kepala desa yang mereka dukung menimbulkan hal lain yang tak kalah penting. Apa itu? Semakin menguatnya soliditas masyarakat pada satu kelompok, dan merenggangkan hubungan dengan kelompok lainnya di satu sisi. Misalnya saja, saya mendengar cerita dari seorang warga bahwa ia memiliki sepupu yang rumahnya tepat berada di depan rumah warga tersebut. Pernah suatu ketika mereka berdua hendak sama-sama keluar dari rumah mereka masing-masing.
Tersebab pilihan calon kades yang berbeda, mereka keluar gerbang rumah dengan saling membelakangi, saling memunggungu satu dengan yang lain. Jangankan saling tegur sapa, sepotong senyum pun tak ada. Misalnya saja, saya mendengar cerita dari seorang warga bahwa ia memiliki sepupu yang rumahnya tepat berada di depan rumah warga tersebut. Pernah suatu ketika mereka berdua hendak sama-sama keluar dari rumah mereka masing-masing. Tersebab pilihan calon kades yang berbeda, mereka keluar gerbang rumah dengan saling membelakangi, saling memunggungu satu dengan yang lain. Jangankan saling tegur sapa, sepotong senyum pun tak ada. Semula, senyum sapa dan interaksi positif antar tetangga terjalin cukup baik. Namun ketika pesta demokrasi (pilkades) sudah dimulai, maka tak jarang sesama tetangga, bahkan antar keluarga ada yang tak mau saling tegur sapa, mengingat pilihan calon kades yang berbeda. Pilihan calon kades yang berbeda, mereka keluar gerbang rumah dengan saling membelakangi, saling memunggungu satu dengan yang lain. Jangankan saling tegur sapa, sepotong senyum pun tak ada. Misalnya saja, saya mendengar cerita dari seorang warga bahwa ia memiliki sepupu yang rumahnya tepat berada di depan rumah warga tersebut. Pernah suatu ketika mereka berdua hendak sama-sama keluar dari rumah mereka masing-masing. Tersebab pilihan calon kades yang berbeda, mereka keluar gerbang rumah dengan saling membelakangi, saling memunggungu satu dengan yang lain. Jangankan saling tegur sapa, sepotong senyum pun tak ada. Semula, senyum sapa dan interaksi positif antar tetangga terjalin cukup baik. Namun ketika pesta demokrasi (pilkades) sudah dimulai, maka tak jarang sesama tetangga, bahkan antar keluarga ada yang tak mau saling tegur sapa, mengingat pilihan calon kades yang berbeda.
Mungkin tak tepat jika saya terlalu prematur membuat sebuah kesimpulan. Mengingat data

dan informasi yang saya peroleh masih sangat terbatas. Informasi yang telah saya peroleh pun perlu divalidasi agar terbukti kuat kebenarannya. Namun paling tidak kita bisa mengambil sebuah pembelajaran berharga dari fenomena tersebut. Tak hanya kejadian sederhana seperti itu. Percekcokan antar warga juga sering terjadi. Perdebatan akibat mengunggulkan calon masing-masing juga menjadi penyebab pertengkaran serius dan dendam berkepanjangan. Fenomena ini tak hanya terjadi di dunia nyata, bahkan sering juga terjadi di dunia maya melalui media sosial. Tak tepat jika saya terlalu prematur membuat sebuah kesimpulan. Mengingat data dan informasi yang saya peroleh masih sangat terbatas. Informasi yang telah saya peroleh pun perlu divalidasi agar terbukti kuat kebenarannya. Namun paling tidak kita bisa mengambil sebuah pembelajaran berharga dari fenomena tersebut. Tak hanya kejadian sederhana seperti itu. Percekcokan antar warga juga sering terjadi. Perdebatan akibat mengunggulkan calon masing-masing juga menjadi penyebab pertengkaran serius dan dendam berkepanjangan. Fenomena ini tak hanya terjadi di dunia nyata, bahkan sering juga terjadi di dunia maya melalui media sosial.
Perdebatan demi perdebatan, pertengkaran demi pertengkaran masih terus saja terjadi. Hal yang sepatutnya kita tanamkan dalam diri kita masing-masing adalah sikap terbuka (open mind) dengan segala macam perbedaan. Hindari panatisme politik secara berlebihan. Tanamkan sikap persaudaraan dengan kuat. Lawan politik berbeda dengan musuh politik. Bukan permusuhan yang hendak dibangun, melainkan persaingan yang sehat. Demokrasi yang bersih. Tujuan yang mulia demi kesejahteraan, keamanan, dan kemajuan kita bersama. Tanpa ada lagi gesekan-gesekan yang kemudian menjadi pemicu perpecahan bangsa. Lalu apa pelajaran berharganya? Tentunya dari fenomena tersebut kita tersadar dan
sedikit tidak fenomena tersebut telah menggambarkan bahwa kita masih belum dewasa dalam berpolitik. Demi perdebatan, pertengkaran demi pertengkaran masih terus saja terjadi. Hal yang sepatutnya kita tanamkan dalam diri kita masing-masing adalah sikap terbuka (open mind) dengan segala macam perbedaan. Hindari panatisme politik secara berlebihan. Tanamkan sikap persaudaraan dengan kuat. Lawan politik berbeda dengan musuh politik. Bukan permusuhan yang hendak dibangun, melainkan persaingan yang sehat. Demokrasi yang bersih. Tujuan yang mulia demi kesejahteraan, keamanan, dan kemajuan kita bersama. Tanpa ada lagi gesekan-gesekan yang kemudian menjadi pemicu perpecahan bangsa. Lalu apa pelajaran berharganya? Tentunya dari fenomena tersebut kita tersadar dan sedikit tidak fenomena tersebut telah menggambarkan bahwa kita masih belum dewasa dalam berpolitik.
Keterlibatan kita dalam peristiwa politik ini masih kekanak-kanakan. Kita belum bisa memaknai demokrasi yang sejati. Kita masih perlu belajar banyak tentang kedewasaan berpolitik. Jangan sampai peristiwa politik semakin memecah belah kita, bahkan semakin mengacaukan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Lalu bagaimana memulai belajar dewasa dalam berpolitik? Tentunya harus dimulai dari hal terkecil, mulai dari diri sendiri dan harus dimulai saat ini juga. Dan bagaimana hasilnya ke depan, itu semua bergantung kepada upaya perubahan yang kita lakukan masing-masing. Kita dalam peristiwa politik ini masih kekanak-kanakan. Kita belum bisa memaknai demokrasi yang sejati. Kita masih perlu belajar banyak tentang kedewasaan berpolitik. Jangan sampai peristiwa politik semakin memecah belah kita, bahkan semakin mengacaukan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Lalu bagaimana memulai belajar dewasa dalam berpolitik? Tentunya harus dimulai dari hal terkecil, mulai dari diri sendiri dan harus dimulai saat ini juga. Dan bagaimana hasilnya ke depan, itu semua bergantung kepada upaya perubahan yang kita lakukan masing-masing.
Korleko, 13 November 2017

Rabu, 08 November 2017

SUDAHKAH KITA MEMBACA HARI INI ?

Sumber : Google.com
Oleh : Hasrul Hadi Di suatu kesempatan, seorang anak kecil tak sengaja menginjak lembaran koran yang terlihat lusuh. Kemudan bapaknya menegur dengan serius. "Nak, kamu sudah baca habis belum lembaran koran yang kau injak, sudah faham belum apa isinya? Jangan pernah kau menjadi sombong, dengan sesuatu yang terlihat remeh temeh." Dada anak kecil itu bergetar. Ia kaget. Sesuatu yang dianggapnya biasa saja ternyata ditanggapi serius oleh bapaknya. Ia pun tersadar akan kekurangan dirinya selama ini dalam membaca. Ia kemudian memungut lembaran koran yang lusuh itu dan membacanya hingga tuntas, tanpa satu huruf pun terlewatkan. Sejak saat itu, ia bertekad dimanapun ia berada, kemanapun ia pergi, ia akan selalu ditemani oleh buku. Membaca menjadi suatu hal yang akrab dan lekat dengan dirinya. Siapakah anak kecil itu??? Anak kecil itu adalah TGH Hasanain Juaini. Pimpinan Ponpes Nurul Haramain Narmada. Sekjen PBNW Pancor. Penghargaan kelas dunia pun pernah diraihnya, Ramon Magsasay, Ashoka Award, Ma'arif institut, kalpataru, dan berbagai penghargaan lain pernah diperolehnya. Saya sungguh terinspirasi dengan beliau. Baik soal perjuangan lingkungannya, maupun keistiqomahan dalam membaca. Semoga kisah ini menginspirasi kita semua. Lalu kita bagaimana? Sudahkah kita membaca hari ini..!!! Korleko, 8 November 2017

Selasa, 31 Oktober 2017

FOR MY BELOVED HASNA ELFARIZA

Sumber: Dokumen Penulis
Oleh : Hasrul Hadi Anakku tersayang Hasna Elfariza. Entah kapan engkau bisa membaca tulisan ini. Bapak mu ini hanya ingin kau tau, betapa bahagianya kami atas kehadiranmu. Tepat setahun yang lalu, 31 Oktober 2016 engkau terlahir di dunia ini. Kami menyambutmu dengan penuh kebahagiaan. Status kami pun berganti. Menjadi seorang ibu dan bapak. Tangis pertamamu adalah bahagia kami. Dengan penuh rasa syukur kami berterimakasih kepada Allah Swt atas kehadiranmu. Pertama kali kau lahir perasaan bapak mu ini bercampur aduk. Di satu sisi bahagia dan terharu dengan kelahiranmu, di sisi lain khawatir, gelisah dan cemas atas kondisi ibumu yang lemah setelah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanmu. Syukurnya Allah Swt benar-benar mengabulkan segala doa yang terlontar dari bibir ini. Kondisi benar-benar membaik. Pada masa awal fase pertumbuhanmu, kami harus banyak belajar bagaimana merawatmu. Berbagi tugas siang dan malam. Menenangkan mu di kala engkau menangis. Kami harus rela bangun dan terjaga di tengah malam hanya untuk sekedar memberikan kondisi ternyaman buatmu. Itu semua demi kecintaan kami padamu. Mungkin ini pula yang dilakukan orang tua lainnya demi anak mereka tercinta. Seiring berjalannya waktu, engkau bertumbuh menjadi anak yang sehat, aktif, lucu dan menggemaskan. Rasanya semua beban, susah dan sedih seakan sirna ketika melihat canda tawa mu. Tingkah laku mu yang menggemaskan membuat kami tak bisa melukiskan dengan kata-kata betapa kami sangat bahagia. Engkau tumbuh semakin besar. Perkembangan mentalmu pun demikian. Perubahan demi perubahan mulai terlihat. Dari mulai bisa duduk, merangkak sampai berdiri dan mulai belajar berjalan. Kata-kata yang terlontar dalam mulutmu juga sering membuat kami tersenyum dan tertawa. Kami benar-benar menikmati kebersamaan denganmu. Anakku sayang Hasna Elfariza. Sehatmu adalah bahagia kami dan sakitmu adalah tentang kecemasan dan kesedihan kami. Tak ingin sedikitpun orang tua rela jika anaknya sakit. Begitu juga dengan kami. Sepertinya jika bisa, kami hanya ingin melihatmu tumbuh dengan sehat saja. Tapi kami juga sadar selain kehendak kami sebagai orang tua mu, ada kehendak lain yang perlu kita sadari, yakni kehendak Allah Swt. Maka kami pun terus berikhtiar menjaga kesehatan mu dan memasrahkan semuanya kepada-Nya. Doa kami tak henti-hentinya mengalir untuk mu. Kami selalu berdoa agar kelak engkau menjadi anak sholihah, berbakti kepada orang tua, sehat, cerdas dan berguna bagi agama nusa dan bangsa. Menjadi kebanggan keluarga. Menjadi penerang atas kegelapan kehidupan. Menjadi seseorang yang kehadirannya selalu dinantikan. Menjadi seseorang yang keberadaannya menjadi alasan atas kebahagiaan orang lain. Anak ku sayang Hasna Elfariza. Selamat hari jadi yang pertama. Ini tahun pertama engkau menjalani hidup di muka bumi ini. Masih ada masa depan yang akan kau jalani. Semoga panjang umur dan berkah. Semoga Allah Swt selalu nelindungi mu. Kami mencintaimu. Dari orang tua mu yang selalu menyayangi dan mencintai mu, Hasrul Hadi dan Siti Nawali Rahmatullah Korleko, 31 Oktober 2017.

PAK TANI, RIWAYATMU KINI

Sumber : Google.com
Oleh : Hasrul Hadi Dua malam yang lalu sebelum datang waktu shalat isya, seorang warga datang ke rumah. Kedatangannya untuk mesilak (mengundang) saya pada acara pernikahan salah seorang warga. Usai shalat isya saya pun langsung bergegas menuju lokasi acara. Sesampai di sana sudah terlihat cukup banyak tamu undangan yang duduk bersila, mereka masih menunggu tamu undangan yang lain sambil ngobrol antara satu dengan yang lain. Semua tamu undangan adalah bapak-bapak. Beberapa di antaranya adalah tokoh agama dan tokoh masyarakat yang tempat duduknya dipersiapkan khusus oleh tuan rumah. Selain tokoh agama dan tokoh masyarakat, sebagian besar tamu undangan adalah masyarakat biasa yang kebanyakan dari mereka adalah para petani. Beberapa tamu undangan dan seorang tamu dari kalangan tokoh agama belum juga datang. Para tamu undangan yang lain masih sabar menunggu termasuk saya, sebelum akhirnya prosesi akad nikah dimulai. Di sela-sela waktu menunggu, saya manfaatkan untuk bercengkrama. Khususnya dengan tamu undangan yang sebagian besarnya adalah petani. Kami bertukar pikiran, dan sebagian besar waktu saya gunakan untuk mendengar cerita mereka. Terlihat dari raut wajah mereka bagaimana beratnya menjadi petani dengan hasil yang tidak sebanding. Salah seorang petani memulai ceritanya tentang mahalnya biaya pengolahan lahan sawah mereka. Mulai dari membajak, mengairi, membeli bibit, membeli pupuk, beli obat, beli mulsa dan upah buruh. Belum lagi mereka harus siap merawat dan mengontrol sendiri tanaman mereka dari serangan hama dan gulma setiap harinya. Perjuangan untuk memperoleh hasil yang maksimal memang tidak mudah. Mereka harus rela berkorban biaya, tenaga dan pikiran. Tak jarang gara-gara masalah air irigasi para petani terlibat konflik serius dengan sesama petani lainnya. Ini juga menimbulkan masalah tersendiri bagi mereka. Tidak cukup hanya menghadapi masalah selama proses pengolahan lahan dan merawat tanaman, petani juga dihadapkan dengan masalah rendahnya harga jual hasil panen. Sebagai contoh saja, harga cabai hanya tujuh ribu rupiah per kilogram. Itu belum termasuk ongkos buruh memetiknya. Lahan tempat menanam pun terbilang sempit, hanya beberapa are. Harga hasil panen anjlok. Bagaimana mungkin petani tidak pusing, setelah berdarah-darah mengurus tanamannya mereka harus menelan pil pahit atas kerugian yang mereka alami. Tapi kita perlu berikan apresiasi kepada para petani. Meski sering mengalami kerugian akibat rendahnya harga jual hasil panen--belum lagi adanya potensi gagal panen--para petani masih tetap bersabar. Saya sempat melontarkan pertanyaan. "apa bapak tidak kapok bertani?" lantas ia menjawab "ya tidak lah, ini memang pekerjaan saya, untung rugi itu biasa, paling tidak hasil panen bisa dinikmati oleh keluarga kalau tidak dijual. Bertani sudah menjadi pilihan hidup." Semangatnya perlu kita apresiasi. Tapi kepedulian dan perhatian semua pihak tetap diperlukan untuk memperbaiki nasib mereka. Mangapa demikian? Alasannya jelas, setiap orang indonesia makan beras, makan sayur, butuh bumbu, butuh buah dan produk pertanian lainnya yang penanamnya adalah petani. Oleh karena itu peran petani jelaslah sangat penting. Saya hanya bisa berdoa bagi mereka saat ini. Mudah-mudahan nasib baik bisa menghampiri mereka. Sehingga ke depan tak ada lagi cerita miris dari para petani kita. Tak ada lagi raut wajah sedih petani kita. Yang ada hanyalah senyum bahagia, bersahaja penuh keramahan sebagai ciri khas bangsa kita. Maju terus petani Indonesia. Selamat Menulis, #BeActiveWriter Korleko, 28 Oktober 2017 --HH

MENULIS; ANTARA MIND MAPING DAN FREE WRITING

Sumber: Google.com
Oleh : Hasrul Hadi Tulisan ini bukan hendak bermaksud mengadu dua teknik menulis. Mengunggulkan satu teknik dan melemahkan teknik yang lain. Mungkin, dua metode ini sudah banyak dibahas, terutama oleh penulis-penulis mapan. Tapi tak ada salahnya berbagi sedikit apa yang pernah saya ketahui dan alami. Siapa tahu bermanfaat. Paling tidak saya sudah berusaha mengabadikan tulisan ini sebagai pengingat dan nasihat bagi diri sendiri. Kita mulai dari Teknik "Mind Map" dalam menulis. Mind Map yang berarti peta pikiran pertama kali dikenalkan oleh Tony Buzan untuk membantu mempermudah proses menulis. Sebenarnya mind map tidak hanya untuk mempermudah keterampilan menulis semata, tapi juga dapat dikembangkan untuk mengasah keterampilan berbicara di hadapan publik (public speaking), dan sebagainya. Mind map, merupakan sebuah rancangan dasar, sebelum pada akhirnya dilakukan pengembangan draf tulisan. Biasanya gagasan utama digambar secara visual di bagian tengah kertas. Kemudian dilanjutkan dengan membuat bagian-bagian atau sub tema dari tema utama yang telah dibuat tersebut. Dibuat mebarik secara visual. Dari sub tema-sub tema tersebut berkembang lagi menjadi sub sub tema yang lebih detil dan lebih rinci. Untuk lebih jelasnya baca buku Tony Buzan (Mind Map) atau buku Quantum Learning yang telah dikembangkan oleh Bobby dePorter. Ketika proses penyusunan mind map selesai maka tibalah saatnya mengembangkan draf tulisan. Dengan adanya acuan menulis berupa sebuah kerangka dalam bentuk mind map yang menarik, maka akan mempermudah dalam proses penulisan. Pikiran yang sebelumnya tersendat, bisa jadi semakin lancar dan tentunya berdampak pada kelancaran proses penulisan. Ketika proses penulisan semakin meluas ke mana-mana maka mind map akan berperan sebagai komando dalam mengarahkan tulisan on the track. Tulisan yang dibuat akan menjadi lebih fokus dan terarah. Kontras dan cukup berbeda dengan teknik mind map, teknik freewriting mengajak kita menulis tanpa kerangka. Menulislah bebas sesukanya tanpa tersendat. Tanpa takut salah. Tanpa terikat aturan kaidah penulisan yang berlaku pada umumnya. Teknik ini lebih menekankan pada upaya mengalirkan pikiran dalam bentuk tulisan. Fokusnya bukan pada benar salahnya tulisan. Tapi fokus pada lancarnya pikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Otak manusia terdiri dari otak kiri dan otak kanan. Otak kanan lebih bersifat imajinatif, sementara otak kiri bersifat rasional kritis. Menulis dengan teknik freewriting lebih mendahulukan penggunaan otak kanan dibanding otak kiri. Otak kanan lebih "liar" mengalirkan gagasan. Sementara otak kiri berperan sebagai "editor" manakala proses freewriting selesai dilakukan. Ini mengingat sifatnya yang kritis memindai kata-kalimat-paragraf mana yang salah secara kaidah penulisan maupun konteks dan konten tulisan. Kedua teknik tersebut tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bagi saya ke dua teknik tersebut sangat penting dalam menulis. Keduanya sangat mempermudah saya dalam menulis. Baik tulisan yang bersifat ilmiah maupun tulisan populer. Mau pilih satu di antara dua silahkan. Pilih dua-duanya juga silahkan. Akhirnya semua itu kembali kepada kita masing-masing. Menulis dengan salah satu teknik itu, bagus. Menulis dengan ke dua teknik itu juga bagus. Yang kurang bagus adalah yang tidak menulis sama sekali. Semoga bermanfaat. Selamat menulis, #BeActiveWriter Korleko, 24 Oktober 2017

BUDAYA COPY-PASTE DAN PRODUKTIVITAS MENULIS KITA

Oleh : Hasrul Hadi Kemajuan teknologi komunikasi seperti saat ini mengelompokkan manusia pada dua kutub yang berbeda. Khususnya terkait dengan produktivitas menulis. Di kutub pertama ada orang-orang yang produktif menulis dan di kutub lainnya terdapat pula orang-orang yang tidak produktif. Ada yang hanya sebagai penikmat tulisan saja. Dan yang lebih parah lagi ada pula orang-orang yang bukan penulis dan bukan penikmat tulisan. Pada kutub pertama, terdapat kelompok yang produktif menulis. Intensitas menulisnya sangat tinggi. Tentunya dengan berbagai alasan mereka masing-masing. Ada yang beralasan menulis untuk menebar kebaikan dan ibadah. Ada pula yang ingin nenyebarluaskan ilmu pengetahuan dan gagasannya melalui tulisan. Menulis karena pesanan (politik, ekonomi, popularitas), serta berbagai alasan menulis lainnya. Saya ingin menyoroti ramainya berbagai tema tulisan yang beredar di media sosial. Khususnya di Facebook dan grup-grup Whatsapp (karena saya aktif di dua medsos tersebut). Sering kali saya menemukan tulisan-tulisan cukup panjang. Baik tentang keberhasilan, pengalaman hidup, sebuah gagasan dan pemikiran, motivasi, dan berbagai jenis tulisan lainnya yang tentunya bernuansa positif. Tidak hanya dari satu orang, bahkan satu tulisan yang sama titik komanya pernah saya baca dari postingan tiga orang yang berbeda. Dan tidak hanya tulisan itu, pada tulisan lainnya juga pernah terjadi demikian. Saya berpikir, ini ada masalah dengan budaya tulis-menulis kita. Kita pada akhirnya menjumpai orang-orang yang berada di kutub satunya lagi. Yakni, kutub di mana terdapat kelompok orang yang pekerjaannya membaca hasil tulisan orang lain (bahkan hanya judulnya saja) kemudian membagikannya ke berbagai grup FB dan WA serta tak jarang pula langsung diposting sebagai status. Kebiasaan berbagi tulisan yang positif ini tidak selamanya salah. Bahkan baik bagi orang lain yang dapat memetik manfaat dari tulisan itu. Tapi sadarkah kita, bahwa secara tidak langsung kita menumpulkan bahkan mematikan produktivitas menulis diri kita sendiri. Kita terlalu disibukkan dengan membaca dan membagikan tulisan orang lain. Dan kita lupa bahkan semakin tidak percaya diri dengan tulisan kita sendiri. Karena secara tidak langsung, alam bawah sadar kita memaksa kita menyanjung tulisan orang lain dan minder dengan tulisan sendiri. Maka tak heran kita lebih percaya diri membagikan tulisan orang lain daripada tulisan sendiri. Jika sudah tertancap kuat keinginan menjadi penulis, maka sebaiknya kita belajar percaya diri dengan tulisan kita sendiri. Kita penuhi linimasa dan grup-grup media sosial kita dengan karya tulis kita sendiri. Tebarkan manfaat sebanyak mungkin. Khairunnas Anfauhum Linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya (Alhadits). Akhirnya kembali kepada diri kita masing-masing. Kita mau berubah menjadi penulis produktif, atau masih terus memelihara hobi copy and paste tulisan orang lain. Tulisan orang lain viral dan menebar manfaat. Sementara kita belum menulis satupun tulisan. Semoga ini menyemangati kita semua. Selamat menulis, #BeActiveWriter Korleko, 23 Oktober 2017 --HH

TARGET; Energi Sebuah Perjuangan

Oleh : Hasrul Hadi

Saya yakin anda pernah merasa malas, tak semangat, atau uring-uringan tidak jelas. Jujur saja, saya pun pernah merasakannya. Bahkan tidak sekali, berkali-kali. Melalui tulisan ini saya ingin sedikit berbagi pengalaman, sekaligus juga sebagi penyemangat dan pengingat bagi diri sendiri yang terkadang lupa dan seringkali merasa jenuh dan tak semangat. Saya sarankan mulai sekarang anda buat target yang jelas. Sekali lagi TARGET yang JELAS. Lalu berjuanglah untuk mencapainya. Di buku-buku motivasi atau dari video-video motivasi bahkan sering kali dijelaskan untuk menulis bahkan memvisualisasikan target itu dalam bentuk gambar. Itu bagus juga anda coba. Kalau saya paling cuma sampai ditulis saja. Semakin jelas targetnya, dan semakin kuat keinginan anda untuk terwujudnya target tersebut, maka hal itu akan memperbesar usaha dan perjuangan anda. Itu semua akan memperbesar energi anda. Lalu apa yang terjadi jika tidak ada target? Ada orang yang mengumpamakan seseorang yang tidak memiliki target itu ibarat sesuatu benda yang mengambang dan hanyut di atas air sungai. Dan biasanya, yang mengambang itu adalah (maaf) kotoran.� Memang sebagian dari kita ada yang berprinsip "biarlah kehidupan saya mengalir seperti air". Anda sah-sah saja berprinsip seperti itu. Tapi bagi saya itu pandangan yang akan menjadikan anda semakin tidak jelas arah hidupnya dan rentan dikendalikan keadaan, rentan pula didikte dan mebghabiskan energi untuk keuntungan orang lain. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman hidup saya. Tidak hebat memang. Mungkin banyak yang lebih hebat dari pengalaman saya. Cuma tak ada salahnya berbagi. Ini juga sebagai penyemangat diri saja. Ini cara saya menyemangati diri ketika mulai lesu. Dengan cara mengingat dan mencoba berbagi atas cerita positif dari serpihan hidup saya. Meskipun itu kecil. Meskipun itu akan terdengar sangat lumrah dan biasa saja. Baiklah, kelamaan ceramahnya..� Begini. Ini cerita ketika saya membuat target lulus 2 tahun tepat ketika menempuh pendidikan S.2 di kota Solo, Jawa Tengah. Kenapa saya punya target selesai dalam jangka waktu 2 tahun? Padahal itu memang standar waktu biasanya orang menempuh S.2? Betul memang, tapi apa semua orang mampu dan ingin selesai selama 2 tahun? Belum tentu. Salah satu contoh saya pernah main ke asrama Lombok Timur di Jogja. Di sana saya berkenalan dengan salah seorang mahasiswa di sana, ternyata dia sudah 10 tahun tinggal di sana. Itu dimulai sejak semester 1 jenjang S.1 dan ketika saya berkenalanpun masih S.1. Dalam hati saya berkata "mungkin ini orang mau nyalon jadi kadus di jogja". � Dan itu baru satu contoh. Kasus seperti ini saya tahu cukup banyak. Malahan orang-orang seperti ini sering menganggap diri mereka sebagai orang yang menjalankan long life education, pendidikan seumur hidup. Salah kaprah.� Kembali ke cerita awal. Selain alasan banyak orang yang kelolosan, saya juga ingin wisuda tepat waktu karena kangen kampung halaman, meski lupa halaman ke berapa, kangen dengan masakannya, kangen dengan suasananya, kangen keluarga, dan yang pasti kangen sama seseorang yang spesial �. Selain itu, saya juga merasa terlalu banyak membebani orang tua. Maklum saya masih dibiayai orang tua pada waktu itu. Dan banyak hal lain juga yang tidak bisa saya sebutkan di sini menjadi pemicu saya selesai tepat waktu. Selama 2 tahun itu, sejak mendaftar sampai wisuda saya tidak pernah pulang. Jika dihitung-hitung, saya menjalani 2 kali idul adha dan 1 kali idul fitri di Solo. Yang paling sedih ketika idul fitri sendirian di kost. Untung ibu kostnya baik hati. Jadi sedikit tidak bisa menghibur hati. Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama menuntut ilmu. Susah, Sedih, senang, pernah saya rasakan. Apalagi menjelang akhir masa-masa menuntut ilmu. Saya selama 3 bulan penelitian di pesisir utara jawa tengah. Tepatnya di kecamatan Sayung, Demak. Cukup banyak tantangan. Untungnya warga di sana baik-baik orangnya dan mwnerima saya dengan baik pula. Selain itu saya sangat bersyukur memiliki teman-teman yang baik. Selalu mensuport. Membantu ketika dibutuhkan, menghibur dikala susah dan sesih. Begitu pula doa dan dukungan keluarga yang tak kalah pentingnya. Intinya semua itu memperbesar energi saya untuk mewujudkan target yang sudah saya tentukan. Akhirnya tepat tanggal 8 Maret 2014 saya wisuda. Keluarga hadir menemani di hari bahagia itu. Meski tidak berprestasi, setidaknya saya mampu memberi kabar baik bagi keluarga atas usaha dan doa saya selama ini. Saya punya tekad menotong mata rantai kemiskinan dan kebodohan di keluarga kami. Saya terus berharap mudah-mudahan jejak saya ini bisa diikuti oleh anggota keluarga yang lain. Bahakan melebihi apa yang pernah saya capai. Itulah harapan yang tak pernah padam di hati saya. Kembali berbicara masalah target. Itu hanya satu dari sekian banyak target yang pernah saya buat dan berhasil. Tapi tak sedikit target yang saya buat juga belum terwujud. Tapi saya yakin usaha dan doa akan mengantarkan saya pada terwujudnya target tersebut. Pesan saya. Bagi anda yang pernah memiliki target dan akhirnya tetwujud, berbagilah. Jika belum punya target, maka dari sekarang buatlah target-target yang baik dan jelas. Libatkan Allah dalam setiap ikhtiar. Insyaalloh kebahagiaan dan keberhasilan akan dekat denganmu saudaraku. Wallohualambissawab.

KEMERDEKAAN DAN KONTRIBUSI KITA

Oleh : Hasrul Hadi Tidak sedikit yang mengungkapkan keresahannya tentang status kemerdekaan kita. Terutama anggapan bahwa sejatinya kita belum merdeka. Hal ini beralasan, mengingat meski Indonesia sudah 72 tahun merdeka, masih saja ada rakyatnya yang belum sepenuhnya merdeka. Baik merdeka dari pedihnya kemiskinan, derita kebodohan, harkat dan martabat yang direndahkan, marginalisasi dan sederet predikat "keterjajahan". Pendapat maupun fakta yang disuguhkan itu memang sah-sah saja. Namun, seringkali hal itu dijadikan landasan untuk mengkritisi pihak yang berwenang. Mengkritik juga hal yang wajar. Tapi ada batasannya. Menjadi kurang tepat ketika kritik itu dibersamai dengan menggantungkan penyelesaian masalah itu hanya pada satu pihak saja. Hanya kepada pemerintah misalnya. Saya menyadari hal itu kurang bijak karena terkadang si pengkritik hanya mengkritik. Tanpa pernah berusaha memperbaiki keadaan dengan usahanya sendiri. Sekecil apapun usaha itu. Mungkin kita perlu belajar dari ungkapan yang mengatakan "lebih baik beranjak menyalakan lilin daripada diam dan terus menerus mengutuk kegelapan". Mari bertanya pada diri kita masing-masing, kontribusi apa yang telah kita perbuat untuk bangsa ini. Mari pula menimbang besar mana kritikan dengan usaha yang telah kita perbuat untuk bangsa ini. #Dirgahayu RI ke 72 #MERDEKA

Menulis Untuk Keabadian

Menulislah, maka tulisanmu akan bertahan lebih lama dari umurumu. Tentunya jika tulisan tersebut tidak kau hanguskan sendiri atau dihanguskan oleh generasi setelahmu.
Begitu banyak karya tulis yang melegenda. Eksistensinya masih dirasakan sampai detik ini, sementara para penulisnya sudah lama berkalang tanah, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.
Jika seseorang ingin mempelajari teori-teori dalam ilmu biologi, maka bisa dipastikan ia akan bertemu dengan teori evolusi yang diciptakan oleh Charles Darwin. Darwin mengabadikan teori tersebut dalam buku master peace - nya yang berjudul “the origin of species”. Buku itu begitu melegenda, sampai saat ini gaungnya masih dirasakan. Bahkan buku-buku biologi anak sekolah masih memuat teorinya sebagai landasan dalam mempelajari ilmu biologi. Meski menuai kontroversi, teori yang ditulis oleh Darwin ini harus diakui memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan teori-teori ilmu biologi, bahkan dalam perkembangkannya lebih lanjut diterapkan juga pada ilmu-ilmu sosial yang dikenal dengan teori “Darwinisme Sosial”. Teori Darwinisme sosial salah satunya diadopsi oleh Feriderich Ratzel seorang geograf dari jerman, yang menyempurnakan teori geografi politiknya yang dikenal dengan teori “organic state” atau negara organik. Dalam teorinya itu, ia mengemukakan bahwa “ suatu negara mirip dengan makhluk hidup, ia lahir dan tumbuh mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya mati. Dengan demikan, negara sebagaimana makhluk hidup harus memiliki ruang untuk melangsungkan kehidupannya. Teori organic state ini kemudian oleh Housofer berkembang menjadi teori Labensraum (teori ruang hidup). Dan sampailah penerapan teori ini kemudian pada aksi-aksi ekspansi wilayah yang dilakukan oleh Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler pada waktu itu, dengan dalih memperluas ruang hidup negara Jerman.
Karl Mark sebagai tokoh pendiri idiologi sosialisme-komunis juga salah satunya mencomot teori Darwin sebagai landasan untuk menyusun teorinya. Karl Mark juga mewariskan karya tulis yang tak kalah melegendanya. Ia menulis bukunya yang berjudul “Das Capital”, bahkan saking berpengaruhnya buku ini, seolah dijadikan kitab suci bagi para penganut ideology sosialis-komunis. Di Indonesia sendiri buku ini sempat diberangus karena dianggap terlarang dan berbagaya, mengingat terjadinya tragedi G30-September pada tahun 1965.
Dalam bidang Ilmu lingkungan, Rachel Carson merupakan orang yang dikenal dengan bukunya yang melegenda “Silent Spring”. Bagaimana tidak, buku itu begitu terkenal setelah ia menguraikan perihal peristiwa sepinya burung-burung ketika musim semi. Padahal pada mulanya kicauan burung sangatlah ramai ketika musim semi tiba. Ia memaparkan kejadian tersebut salah satunya dipicu oleh semakin banyaknya zat-zat pencemar lingkungan, terutama yang dihasilkan dari limbah-limbah industri. Inilah awal mula perjuangan terhadap lingkungan dimulai, dan berlanjut sampai saat ini.
Di bidang ilmu Geologi, siapa yang tak mengenal Van Bemmelen. Seorang geolog dari Belanda semasa pemerintahan Hindia Belanda masih bercokol di Indonesia. Ia menulis bukunya yang terkenal dalam bidang geologi yang berjudul “Geology of Indonesia”. Ada kisah menarik ketika buku ini pertama kali ditulis. Naskah asli yang telah selesai ditulis Van Bemellen pada waktu itu disita oleh Tentara Republik Indonesia. Mengingat pada waktu itu terjadi pergolakan rakyat Indonesia terhadap pemerintah Hindia Belanda dalam rangka merebut kemerdekaan. Bahkan pada waktu itu, Van bemmelen ditahan dalam waktu beberapa lama. Naskah yang telah bersusah payah dibuat itu tak kembali juga ke pemiliknya. Akhirnya Van Bemmelen pasrah dengan nasib yang menimpanya. Namun ia tidak berhenti sampai disitu. Ia bahkan menulis ulang naskah buku itu dengan segala kemampuan yang dimiliki, akhirnya buku itu sampai saat ini masih bisa dijadikan rujukan dalam mempelajari Geologi terutama di Indonesia.
Di dunia islam, kita mengenal Imam Ghazali. Beliau adalah salah satu ulama sufi yang amat termasyhur. Mengapa ia begitu terkenal, maka lagi-lagi karena karya tulisnya. Ia mengarang ratusan kitab-kitab agama, dan salah satu yang paling terkenal adalah kitab Ihya’ Ulumuddin - nya. Kitab ini menjadi pegangan pengajaran ilmu-ilmu agama di pesantren-pesantren dan sekolah agama sampai saat ini. Dan saking pentingnya kitab ini sampai diterjemahkan ke berbagai bahasa. Tak luput juga di Indonesia, bahkan terjemahannya pun terus mengalami cetak ulang dan revisi, saking banyaknya permintaan.
Karya tulis yang melegenda begitu banyaknya. Tak cukup untuk saya tuliskan di sini, mengingat keterbatasan pengetahuan yang saya miliki. Lalu apa poin penting dari semua ini? Jawabnnya tentu adalah pentingnya sebuah karya tulis. Profesor Ida Bagus Mantra, seorang pakar Demografi UGM, di awal bukunya ia menulis sebuah nasehat yang pernah diutarakan oleh Frangklin, “jika anda ingin tidak dilupakan orang segera setelah meninggalkan almamater, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan”. Itulah pentingnya menulis. Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitu dahsyatnya sebuah karya tulis. Meski ditulis ratusan bahkan ribuan tahun yang lampau, tetapi seakan mampu membuat penulisnya seolah abadi, meski telah lama tiada. Bisakah kita seperti penulis-penulis hebat itu? Jawabannya tergantung bagaimana kemauan dan kerja keras kita ! selamat menulis !!
Korleko, 31 Agustus 2016

Selasa, 25 Juli 2017

KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) GEOGRAFI DI GILI AIR KLU

Para Peserta KKL Geografi berpose bersama di Gili Air KLU
Sebagai amanat kurikulum, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi kembali melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Kegiatan ini dihajatkan sebagai bentuk upaya Program Studi Pendidikan Geografi dalam rangka meningkatkan pengetahuan para mahasiswanya, sehingga tidak terjebak pada pengetahuan teoritis belaka. Kali ini kegiatan dipusatkan di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di Gili Air yang merupakan salah satu Gili Tramena (Trawangan, Meno, dan Air) sebagai kawasan wisata utama di Kabupaten Lombok Utara. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari, yaitu hari Senin  dan Selasa Tanggal 22 sampai 23 Mei 2017.

Peserta KKL terdiri dari mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi semester 6 dan 8 yang berjumlah 44 orang dengan dosen pendamping sebanyak tiga orang. Kegiatan KKL ini mengusung tema “Studi Bentang Alam dan Budaya di Kawasan Gili dan Pesisir Kabupaten Lombok Utara”. Hadir sebagai dosen pendamping yaitu bapak Drs. Suroso, M.Si, bapak Agus Muliadi Putra, M.Si. dan bapak Hasrul Hadi, M.Pd.

Hari pertama kegiatan KKL, para pseserta melakukan observasi, wawancara dan menerima pengarahan dari dosen pendamping terkait kegiatan yang dilakukan. Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan oleh para peserta difokuskan pada pengkajian bentang alam dan budaya di gili air, baik yang berkaitan dengan kajian geografi fisik (geomorfologi, oseanografi, dan ekologi)  maupun geografi manusia seperti kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada sore hari. Mulai pada pukul 16.00 wita dan berakhir pada pukul 18.00 wita dan dilanjutkan dengan istirahat, sholat dan makan malam (Ishoma).
Peserta KKL Geografi mendapat pengarahan dari dosen pendamping
Salah satu kelompok peserta KKL yang sedang melakukan pengumpulan data lapangan
Ketika waktu istirahat berakhir pada pukul 20.00 wita, para peserta berkumpul kembali di salah satu ruang kelas Sekolah Dasar (SD) untuk melakukan kegiatan review dan diskusi terhadap data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Kegiatan review dilakukan mulai dari masing-masing perwakilan kelompok, kemudian dilanjutkan dengan tambahan pemaparan sekaligus review terhadap hasil data yang dikumpulkan para peserta KKL oleh dosen pendamping lapangan.
Diskusi dan Review data lapangan
Hari kedua, para peserta KKL dan dosen pendamping melanjutkan kegiatan menuju pantai tebing di kecamatan Gangga. Kegiatan yang dilakukan berupa observasi terhadap material (batuan) penyusun tebing, dan juga dilakukan analisis situasi lokasi KKL didampingi oleh dosen pendamping lapangan. Kegiatan kuliah Kerja Lapangan pun berakhir di Pantai Tebing. Namun, sebagai penutup, kegiatan KKL ini diakhiri dengan kunjungan ke Air Terjun Sendang Gila di Senaru Lombok Utara sebagai kegiatan menghilangkan lelah (refreshing) setelah berkutat dengan kegiatan di lapangan. 
Observasi di Pantai Tebing
Kenampakan lahan Pantai Tebing
Mandi bersama di Air Terjun Sendang Gila Senaru

Senin, 24 Juli 2017

PERMAKLUMAN, SAYA PINDAH KE BLOG BARU

Setelah saya berusaha mencoba untuk membuka blog lama, ternyata tidak bisa log in. Ketika website blogger.com dibuka, saya langsung diarahkan untuk membuat blog baru menggunakan akun email google yang telah saya gunakan sebelumnya untuk membuat akun aplikasi milik google seperti youtube. Dugaan saya, mungkin karena akun blog saya yang lama menggunakan email yahoo sehingga diminta ganti oleh pihak google. Ya sudahlah, saya manut saja. Saya akan berusaha ikuti aturan yang berlaku. Saya sadar itu resiko menggunakan akun gratisan. Jadi mau tidak mau saya harus ikuti aturan dari google.

Sebenarnya akun blog saya yang dulu ingin sekali saya kembangkan. Akan tetetapi mungkin dengan terintegrasi dengan email google yang lain akan lebih memudahkan segala urusan yang berkaitan dengan akun google saya. Blog saya yang dulu (hasrulhadi.blogspot.com) akan menjadi blog mati, karena saya sebagai penghuninya telah beralih ke blog yang anda baca ini (hasrul88.blogspot.co.id). Kurang lebih isinya sama antara blog lama saya dengan blog ini, karena saya telah pindahkan semua postingan lama saya ke blog ini. Belum banyak postingan memang, hanya 16 postingan. ini menunjukkan produktivitas menulis saya terbilang masih sangat rendah. Saya berharap ke depan blog ini akan lebih tinggi intensitas publikasinya. sehingga dapat mempertajam kemampuan menulis saya sekaligus dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian.

Harap maklum,

Salam..!

MENGENAL PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI UNIVERSITAS HAMZANWADI

Oleh : Hasrul Hadi, M.Pd
Universitas Hamzanwadi merupakan salah satu Perguruan Tinggi swasta di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mengusung selogan “Bersaing dan Berbudaya Santri”. Dalam perjalanannya sejarahnya, Universitas Hamzanwadi telah banyak mencetak lulusan berkualitas, khususnya di bidang keguruan. Para alumninya telah mampu memberikan kontribusi nyata di tengah-tengah masyarakat. Terutama dengan mengedepankan profesionalitas dan akhlak mulia sebagai manifestasi “sarjana yang santri”. Tidak hanya itu, berbagai prestasi juga telah banyak ditorehkan oleh mahasiswa, dosen maupun institusi baik di tingkat regional, nasional maupun internasional.

Secara keseluruhan, Universitas Hamzanwadi memiliki empat fakultas dengan 22 Program Studi, salah satunya adalah Program Studi Pendidikan Geografi. Prodi ini merupakan salah satu dari empat prodi yang berada di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan bernaung di bawah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Beberapa hal yang terkait dengan Program Studi Pendidikan Geografi dapat diuraikan sebagai berikut :

1.  Sejarah Singkat

Secara Historis, Program Studi Pendidikan Geografi resmi berdiri pada tanggal 8 Agustus 2005 dengan Surat Keputusan Pendirian Nomor 2839/D/T/2005 yang ditandatangani oleh Satryo Soemantri Brodjonegoro mewakili Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Penyelenggaraan mulai dilakukan pada bulan Oktober tahun 2005 dan mulai beroperasi setelah terbitnya Surat Keputusan Operasional pada tanggal 12 Juli 2010 dengan Surat Keputusan Nomor 8719/D/T/K-VIII/2010.  

2.  Visi dan Misi

Visi : Pada tahun 2020 menjadi Program Studi Pendidikan Geografi yang mampu menghasilkan Sarjana Pendidikan Geografi yang berdaya saing, beriman dan bertakwa  serta memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Misi : 1) Menyelenggarakan perkuliahan pada program studi yang dikaitkan dengan kosmologi islam; 2) Menyelenggarakan penelitian pendidikan geografi sesuai dengan konteks lokal yang mengacu pada kebutuhan global; dan 3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang pendidikan geografi sesuai dengan kebutuhan lokal.

3. Status Akreditasi

Berdasarkan hasil penilaian tahun terakhir dari tim Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang diputuskan melalui Surat Keputusan nomor 242/SK/BAN-PT/AK-XVI/S/XII/2013, bahwa Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi memperoleh status akreditasi ”B”.

4. Fasilitas Pendukung

Beberapa Fasilitas Pendukung Kegiatan Perkuliahan antara lain : 1) Memiliki Ruang Kuliah yang nyaman; 2) Memiliki Ruang Micro Teaching, sebagai pusat peraktik kegiatan belajar mengajar; 3) Memiliki Ruang Laboratorium Geografi, sebagai sarana untuk kegiatan praktikum mahasiswa; 4) Sarana Ibadah; serta sarana dan prasarana lainnya sebagai penunjang dalam meningkatkan kompetensi akademik serta keahlian mahasiswa, baikhard skill maupun hard skill.

5. Staf Pengajar

Staf Pengajar (Dosen) sudah berkualifikasi akademik minimal strata 2 (Magister) dan beberapa diantaranya sedang menempuh pendidikan doktoral. Para Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi telah berpengalaman dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, seperti kegiatan Pembelajaran (Pendidikan), Penelitian serta Pengabdian Kepada masyarakat. Sehingga keberadaan (eksistensi) Program Studi Pendidikan Geografi tidak hanya dirasakan di kalangan mahasiswa saja melainkan kontribusinya tersebar luas di masyarakat.

6. Kegiatan Mahasiswa

Beberapa Kegiatan yang dilakukan mahasiswa antara lain 1) Kegiatan perkuliahan di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan serta pengembangan teori, khususnya terkait dengan bidang pendidikan geografi; 2) Kegiatan perkuliahan di lapangan yang bertujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai materi yang diajarkan di kelas dengan secara langsung terjun ke lapangan agar mendapatkan data dan informasi nyata terkait dengan apa yang dibahas.Kegiatan kuliah lapangan dapat berbentuk Kuliah Kerja Lapangan (KKL), kunjungan lapangan (Field Trip), dan Praktikum lapangan; 3) Kegiatan Organisasi kemahasiswaan bidang pendidikan geografi (HMPS Pendidikan Geografi) : Penulisan Karya Ilmiah, Geo Green Action, Seminar Nasional Geografi, Pengembangan Media Pembelajaran Inovatif, Kreative Geo Art, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berbasis pada penyelesaian masalah dalam bidang pendidikan maupun geografi dengan pendekatan utama secara metodologis menggunakan ilmu pendidikan geografi. 

7. Alumni

Para alumni Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Hamzanwadi sebagian besar bekerja menjadi guru di Lembaga Pendidikan Negeri maupun Swasta, terutama di jenjang pendidikan Menengah. Beberapa alumni juga berprofesi sebagai tenaga pendidik (dosen) di perguruan tinggi.  Selain itu, tidak hanya di bidang pendidikan dan keguruan, alumni juga banyak bekerja di sektor non kependidikan, baik masuk dalam struktural kepemerintahan, staf program kementrian, LSM, serta tidak sedikit yang sukses berwirausaha.

8. Contact

Khususnya bagi lulusan SMA/MA yang berminat untuk bergabung dapat menghubungi Contact Person berikut :
HP : 081997905824 (Hasrul).
FB : Hasrul Hadi

9. Alamat Sekretariat

Lantai 2 Gedung Rektorat Universitas Hamzanwadi, Jalan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Pancor-Selong, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Telp. (0376) 21394, Fax (0376) 22954 Fax. (0376) 22954 E-mail : universitas@hamzanwadi.ac.id  Website : http://www.hamzanwadi.ac.id

Materi Kuliah Geografi Regional Dunia 2023

Materi perkuliahan (PPT) dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-7 serta tugas dapat diunduh DI SINI