Sabtu, 24 November 2018

Catatan Pengajian Maulid Nabi 1440 H

Pada tanggal 12 Rabiul Awal 1440 H di Masjid Miftahul Jannah Desa Korleko berlangsung peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Peringatan tersebut diisi dengan kegiatan pengajian. Doktor Tuan Guru Haji Abdul Aziz Sukarnawadi, Lc, MA hadir sebagai penceramah yang kemudian menguraikan hikmah dan hal penting seputar kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan beberapa hal penting antara lain tentang pentingnya mensyukuri kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW mengingat kelahiran beliau adalah anugerah sekaligus nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT. Selain itu diuraikan pula keuntungan pahala bagi yang merayakan dan mengagungkan maulid Nabi Besar Muhammad SAW, terutama bagi yang menyiapkan acara, penyedia makanan, tamu pengajian, berkah makanan, dan sebagainya.

Hari ini, tepatnya hari Ahad, 17 Rabiul Awal 1440 Hijriah bertepatan dengan tanggal 25 November 2018 acara peringatan maulid kembali dirayakan. Kali ini dilaksanakan di Masjid Jami' Assholeh Desa Korleko. Ada beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan sebwlum acara pengajian tiba. Di antaranya acara khitanan masal dan juga cukuran masal. Ada hal yang menurut saya cukup menarik pada kegiatan sunatan masal dan cukuran masal ini. Jika khitanan masal dihajatkan bagi anak laki-laki yang belum dikhitan, maka cukuran dihajatkan bagi bayi yang baru lahir. Mungkin dalam tinjauan agama banyak diuraikan melalui dasar hadits nabi yang memerintahkan kita untuk mengakikah bayi yang baru lahir dengan menyembelih kambing, memberi nama dan mencukur. Namun, saya hanya ingin mencoba memandang dari perspektif yang berbeda. Misalnya dari segi aspek ekonomi, dengan adanya kegiatan khitanan dan cukuran masal yang diselenggarakan oleh pengurus masjid ini maka sedikit tidak cukup meringankan beban biaya bagi masyarakat kurang mampu. Karena pada umumnya, jika cukuran dan khitanan dilaksanakan secara mandiri oleh setiap masyarakat yang berhajat tentu mereka harus siap mengeluarkan biaya. Padahal kondisi ekonomi masyarakat tidak semuanya mampu. Inilah berkahnya berjamaah. Untuk biaya tenaga medis yang mengkhitan (sunat) misalnya, biayanya bisa ditanggulangi secara bersama, sehingga lebih hemat. Biaya untuk konsumsi (Snack dan makan siang) bisa ditanggulangi bersama dengan membawa dulang (Baki) berisi snack maupun makan siang yang sebelumnya diberikan kupon. Hanya saja penyembelihan hewan akikah tetap harus dilaksanakan secara mandiri bagi setiap anggota masyarakat. Akan tetapi setidaknya dengan melaksanakan secara masal, berjamaah atau bersama-sama beban biaya akam terasa lebih ringan. Selain itu, nuansa silaturrahmi juga terasa lebih kental. Ini disebabkan banyaknya masyarakat yang hadir di acara ini. Selain itu, budaya gotong royong juga lebih terasa.

Korleko, 25 November 2018

KEMBALI MENULIS

Akhirnya saya rindu juga menulis. Mengetik kan kata demi kata yang terangkai menjadi kalimat. Berlanjut menjadi paragraf demi paragraf. Mung...