Selasa, 31 Oktober 2017

Menulis Untuk Keabadian

Menulislah, maka tulisanmu akan bertahan lebih lama dari umurumu. Tentunya jika tulisan tersebut tidak kau hanguskan sendiri atau dihanguskan oleh generasi setelahmu.
Begitu banyak karya tulis yang melegenda. Eksistensinya masih dirasakan sampai detik ini, sementara para penulisnya sudah lama berkalang tanah, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.
Jika seseorang ingin mempelajari teori-teori dalam ilmu biologi, maka bisa dipastikan ia akan bertemu dengan teori evolusi yang diciptakan oleh Charles Darwin. Darwin mengabadikan teori tersebut dalam buku master peace - nya yang berjudul “the origin of species”. Buku itu begitu melegenda, sampai saat ini gaungnya masih dirasakan. Bahkan buku-buku biologi anak sekolah masih memuat teorinya sebagai landasan dalam mempelajari ilmu biologi. Meski menuai kontroversi, teori yang ditulis oleh Darwin ini harus diakui memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan teori-teori ilmu biologi, bahkan dalam perkembangkannya lebih lanjut diterapkan juga pada ilmu-ilmu sosial yang dikenal dengan teori “Darwinisme Sosial”. Teori Darwinisme sosial salah satunya diadopsi oleh Feriderich Ratzel seorang geograf dari jerman, yang menyempurnakan teori geografi politiknya yang dikenal dengan teori “organic state” atau negara organik. Dalam teorinya itu, ia mengemukakan bahwa “ suatu negara mirip dengan makhluk hidup, ia lahir dan tumbuh mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya mati. Dengan demikan, negara sebagaimana makhluk hidup harus memiliki ruang untuk melangsungkan kehidupannya. Teori organic state ini kemudian oleh Housofer berkembang menjadi teori Labensraum (teori ruang hidup). Dan sampailah penerapan teori ini kemudian pada aksi-aksi ekspansi wilayah yang dilakukan oleh Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler pada waktu itu, dengan dalih memperluas ruang hidup negara Jerman.
Karl Mark sebagai tokoh pendiri idiologi sosialisme-komunis juga salah satunya mencomot teori Darwin sebagai landasan untuk menyusun teorinya. Karl Mark juga mewariskan karya tulis yang tak kalah melegendanya. Ia menulis bukunya yang berjudul “Das Capital”, bahkan saking berpengaruhnya buku ini, seolah dijadikan kitab suci bagi para penganut ideology sosialis-komunis. Di Indonesia sendiri buku ini sempat diberangus karena dianggap terlarang dan berbagaya, mengingat terjadinya tragedi G30-September pada tahun 1965.
Dalam bidang Ilmu lingkungan, Rachel Carson merupakan orang yang dikenal dengan bukunya yang melegenda “Silent Spring”. Bagaimana tidak, buku itu begitu terkenal setelah ia menguraikan perihal peristiwa sepinya burung-burung ketika musim semi. Padahal pada mulanya kicauan burung sangatlah ramai ketika musim semi tiba. Ia memaparkan kejadian tersebut salah satunya dipicu oleh semakin banyaknya zat-zat pencemar lingkungan, terutama yang dihasilkan dari limbah-limbah industri. Inilah awal mula perjuangan terhadap lingkungan dimulai, dan berlanjut sampai saat ini.
Di bidang ilmu Geologi, siapa yang tak mengenal Van Bemmelen. Seorang geolog dari Belanda semasa pemerintahan Hindia Belanda masih bercokol di Indonesia. Ia menulis bukunya yang terkenal dalam bidang geologi yang berjudul “Geology of Indonesia”. Ada kisah menarik ketika buku ini pertama kali ditulis. Naskah asli yang telah selesai ditulis Van Bemellen pada waktu itu disita oleh Tentara Republik Indonesia. Mengingat pada waktu itu terjadi pergolakan rakyat Indonesia terhadap pemerintah Hindia Belanda dalam rangka merebut kemerdekaan. Bahkan pada waktu itu, Van bemmelen ditahan dalam waktu beberapa lama. Naskah yang telah bersusah payah dibuat itu tak kembali juga ke pemiliknya. Akhirnya Van Bemmelen pasrah dengan nasib yang menimpanya. Namun ia tidak berhenti sampai disitu. Ia bahkan menulis ulang naskah buku itu dengan segala kemampuan yang dimiliki, akhirnya buku itu sampai saat ini masih bisa dijadikan rujukan dalam mempelajari Geologi terutama di Indonesia.
Di dunia islam, kita mengenal Imam Ghazali. Beliau adalah salah satu ulama sufi yang amat termasyhur. Mengapa ia begitu terkenal, maka lagi-lagi karena karya tulisnya. Ia mengarang ratusan kitab-kitab agama, dan salah satu yang paling terkenal adalah kitab Ihya’ Ulumuddin - nya. Kitab ini menjadi pegangan pengajaran ilmu-ilmu agama di pesantren-pesantren dan sekolah agama sampai saat ini. Dan saking pentingnya kitab ini sampai diterjemahkan ke berbagai bahasa. Tak luput juga di Indonesia, bahkan terjemahannya pun terus mengalami cetak ulang dan revisi, saking banyaknya permintaan.
Karya tulis yang melegenda begitu banyaknya. Tak cukup untuk saya tuliskan di sini, mengingat keterbatasan pengetahuan yang saya miliki. Lalu apa poin penting dari semua ini? Jawabnnya tentu adalah pentingnya sebuah karya tulis. Profesor Ida Bagus Mantra, seorang pakar Demografi UGM, di awal bukunya ia menulis sebuah nasehat yang pernah diutarakan oleh Frangklin, “jika anda ingin tidak dilupakan orang segera setelah meninggalkan almamater, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan”. Itulah pentingnya menulis. Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitu dahsyatnya sebuah karya tulis. Meski ditulis ratusan bahkan ribuan tahun yang lampau, tetapi seakan mampu membuat penulisnya seolah abadi, meski telah lama tiada. Bisakah kita seperti penulis-penulis hebat itu? Jawabannya tergantung bagaimana kemauan dan kerja keras kita ! selamat menulis !!
Korleko, 31 Agustus 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar