Selasa, 31 Oktober 2017

BUDAYA COPY-PASTE DAN PRODUKTIVITAS MENULIS KITA

Oleh : Hasrul Hadi Kemajuan teknologi komunikasi seperti saat ini mengelompokkan manusia pada dua kutub yang berbeda. Khususnya terkait dengan produktivitas menulis. Di kutub pertama ada orang-orang yang produktif menulis dan di kutub lainnya terdapat pula orang-orang yang tidak produktif. Ada yang hanya sebagai penikmat tulisan saja. Dan yang lebih parah lagi ada pula orang-orang yang bukan penulis dan bukan penikmat tulisan. Pada kutub pertama, terdapat kelompok yang produktif menulis. Intensitas menulisnya sangat tinggi. Tentunya dengan berbagai alasan mereka masing-masing. Ada yang beralasan menulis untuk menebar kebaikan dan ibadah. Ada pula yang ingin nenyebarluaskan ilmu pengetahuan dan gagasannya melalui tulisan. Menulis karena pesanan (politik, ekonomi, popularitas), serta berbagai alasan menulis lainnya. Saya ingin menyoroti ramainya berbagai tema tulisan yang beredar di media sosial. Khususnya di Facebook dan grup-grup Whatsapp (karena saya aktif di dua medsos tersebut). Sering kali saya menemukan tulisan-tulisan cukup panjang. Baik tentang keberhasilan, pengalaman hidup, sebuah gagasan dan pemikiran, motivasi, dan berbagai jenis tulisan lainnya yang tentunya bernuansa positif. Tidak hanya dari satu orang, bahkan satu tulisan yang sama titik komanya pernah saya baca dari postingan tiga orang yang berbeda. Dan tidak hanya tulisan itu, pada tulisan lainnya juga pernah terjadi demikian. Saya berpikir, ini ada masalah dengan budaya tulis-menulis kita. Kita pada akhirnya menjumpai orang-orang yang berada di kutub satunya lagi. Yakni, kutub di mana terdapat kelompok orang yang pekerjaannya membaca hasil tulisan orang lain (bahkan hanya judulnya saja) kemudian membagikannya ke berbagai grup FB dan WA serta tak jarang pula langsung diposting sebagai status. Kebiasaan berbagi tulisan yang positif ini tidak selamanya salah. Bahkan baik bagi orang lain yang dapat memetik manfaat dari tulisan itu. Tapi sadarkah kita, bahwa secara tidak langsung kita menumpulkan bahkan mematikan produktivitas menulis diri kita sendiri. Kita terlalu disibukkan dengan membaca dan membagikan tulisan orang lain. Dan kita lupa bahkan semakin tidak percaya diri dengan tulisan kita sendiri. Karena secara tidak langsung, alam bawah sadar kita memaksa kita menyanjung tulisan orang lain dan minder dengan tulisan sendiri. Maka tak heran kita lebih percaya diri membagikan tulisan orang lain daripada tulisan sendiri. Jika sudah tertancap kuat keinginan menjadi penulis, maka sebaiknya kita belajar percaya diri dengan tulisan kita sendiri. Kita penuhi linimasa dan grup-grup media sosial kita dengan karya tulis kita sendiri. Tebarkan manfaat sebanyak mungkin. Khairunnas Anfauhum Linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya (Alhadits). Akhirnya kembali kepada diri kita masing-masing. Kita mau berubah menjadi penulis produktif, atau masih terus memelihara hobi copy and paste tulisan orang lain. Tulisan orang lain viral dan menebar manfaat. Sementara kita belum menulis satupun tulisan. Semoga ini menyemangati kita semua. Selamat menulis, #BeActiveWriter Korleko, 23 Oktober 2017 --HH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar