Selasa, 31 Oktober 2017

TARGET; Energi Sebuah Perjuangan

Oleh : Hasrul Hadi

Saya yakin anda pernah merasa malas, tak semangat, atau uring-uringan tidak jelas. Jujur saja, saya pun pernah merasakannya. Bahkan tidak sekali, berkali-kali. Melalui tulisan ini saya ingin sedikit berbagi pengalaman, sekaligus juga sebagi penyemangat dan pengingat bagi diri sendiri yang terkadang lupa dan seringkali merasa jenuh dan tak semangat. Saya sarankan mulai sekarang anda buat target yang jelas. Sekali lagi TARGET yang JELAS. Lalu berjuanglah untuk mencapainya. Di buku-buku motivasi atau dari video-video motivasi bahkan sering kali dijelaskan untuk menulis bahkan memvisualisasikan target itu dalam bentuk gambar. Itu bagus juga anda coba. Kalau saya paling cuma sampai ditulis saja. Semakin jelas targetnya, dan semakin kuat keinginan anda untuk terwujudnya target tersebut, maka hal itu akan memperbesar usaha dan perjuangan anda. Itu semua akan memperbesar energi anda. Lalu apa yang terjadi jika tidak ada target? Ada orang yang mengumpamakan seseorang yang tidak memiliki target itu ibarat sesuatu benda yang mengambang dan hanyut di atas air sungai. Dan biasanya, yang mengambang itu adalah (maaf) kotoran.� Memang sebagian dari kita ada yang berprinsip "biarlah kehidupan saya mengalir seperti air". Anda sah-sah saja berprinsip seperti itu. Tapi bagi saya itu pandangan yang akan menjadikan anda semakin tidak jelas arah hidupnya dan rentan dikendalikan keadaan, rentan pula didikte dan mebghabiskan energi untuk keuntungan orang lain. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman hidup saya. Tidak hebat memang. Mungkin banyak yang lebih hebat dari pengalaman saya. Cuma tak ada salahnya berbagi. Ini juga sebagai penyemangat diri saja. Ini cara saya menyemangati diri ketika mulai lesu. Dengan cara mengingat dan mencoba berbagi atas cerita positif dari serpihan hidup saya. Meskipun itu kecil. Meskipun itu akan terdengar sangat lumrah dan biasa saja. Baiklah, kelamaan ceramahnya..� Begini. Ini cerita ketika saya membuat target lulus 2 tahun tepat ketika menempuh pendidikan S.2 di kota Solo, Jawa Tengah. Kenapa saya punya target selesai dalam jangka waktu 2 tahun? Padahal itu memang standar waktu biasanya orang menempuh S.2? Betul memang, tapi apa semua orang mampu dan ingin selesai selama 2 tahun? Belum tentu. Salah satu contoh saya pernah main ke asrama Lombok Timur di Jogja. Di sana saya berkenalan dengan salah seorang mahasiswa di sana, ternyata dia sudah 10 tahun tinggal di sana. Itu dimulai sejak semester 1 jenjang S.1 dan ketika saya berkenalanpun masih S.1. Dalam hati saya berkata "mungkin ini orang mau nyalon jadi kadus di jogja". � Dan itu baru satu contoh. Kasus seperti ini saya tahu cukup banyak. Malahan orang-orang seperti ini sering menganggap diri mereka sebagai orang yang menjalankan long life education, pendidikan seumur hidup. Salah kaprah.� Kembali ke cerita awal. Selain alasan banyak orang yang kelolosan, saya juga ingin wisuda tepat waktu karena kangen kampung halaman, meski lupa halaman ke berapa, kangen dengan masakannya, kangen dengan suasananya, kangen keluarga, dan yang pasti kangen sama seseorang yang spesial �. Selain itu, saya juga merasa terlalu banyak membebani orang tua. Maklum saya masih dibiayai orang tua pada waktu itu. Dan banyak hal lain juga yang tidak bisa saya sebutkan di sini menjadi pemicu saya selesai tepat waktu. Selama 2 tahun itu, sejak mendaftar sampai wisuda saya tidak pernah pulang. Jika dihitung-hitung, saya menjalani 2 kali idul adha dan 1 kali idul fitri di Solo. Yang paling sedih ketika idul fitri sendirian di kost. Untung ibu kostnya baik hati. Jadi sedikit tidak bisa menghibur hati. Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama menuntut ilmu. Susah, Sedih, senang, pernah saya rasakan. Apalagi menjelang akhir masa-masa menuntut ilmu. Saya selama 3 bulan penelitian di pesisir utara jawa tengah. Tepatnya di kecamatan Sayung, Demak. Cukup banyak tantangan. Untungnya warga di sana baik-baik orangnya dan mwnerima saya dengan baik pula. Selain itu saya sangat bersyukur memiliki teman-teman yang baik. Selalu mensuport. Membantu ketika dibutuhkan, menghibur dikala susah dan sesih. Begitu pula doa dan dukungan keluarga yang tak kalah pentingnya. Intinya semua itu memperbesar energi saya untuk mewujudkan target yang sudah saya tentukan. Akhirnya tepat tanggal 8 Maret 2014 saya wisuda. Keluarga hadir menemani di hari bahagia itu. Meski tidak berprestasi, setidaknya saya mampu memberi kabar baik bagi keluarga atas usaha dan doa saya selama ini. Saya punya tekad menotong mata rantai kemiskinan dan kebodohan di keluarga kami. Saya terus berharap mudah-mudahan jejak saya ini bisa diikuti oleh anggota keluarga yang lain. Bahakan melebihi apa yang pernah saya capai. Itulah harapan yang tak pernah padam di hati saya. Kembali berbicara masalah target. Itu hanya satu dari sekian banyak target yang pernah saya buat dan berhasil. Tapi tak sedikit target yang saya buat juga belum terwujud. Tapi saya yakin usaha dan doa akan mengantarkan saya pada terwujudnya target tersebut. Pesan saya. Bagi anda yang pernah memiliki target dan akhirnya tetwujud, berbagilah. Jika belum punya target, maka dari sekarang buatlah target-target yang baik dan jelas. Libatkan Allah dalam setiap ikhtiar. Insyaalloh kebahagiaan dan keberhasilan akan dekat denganmu saudaraku. Wallohualambissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar