Selasa, 31 Oktober 2017

MENULIS; ANTARA MIND MAPING DAN FREE WRITING

Sumber: Google.com
Oleh : Hasrul Hadi Tulisan ini bukan hendak bermaksud mengadu dua teknik menulis. Mengunggulkan satu teknik dan melemahkan teknik yang lain. Mungkin, dua metode ini sudah banyak dibahas, terutama oleh penulis-penulis mapan. Tapi tak ada salahnya berbagi sedikit apa yang pernah saya ketahui dan alami. Siapa tahu bermanfaat. Paling tidak saya sudah berusaha mengabadikan tulisan ini sebagai pengingat dan nasihat bagi diri sendiri. Kita mulai dari Teknik "Mind Map" dalam menulis. Mind Map yang berarti peta pikiran pertama kali dikenalkan oleh Tony Buzan untuk membantu mempermudah proses menulis. Sebenarnya mind map tidak hanya untuk mempermudah keterampilan menulis semata, tapi juga dapat dikembangkan untuk mengasah keterampilan berbicara di hadapan publik (public speaking), dan sebagainya. Mind map, merupakan sebuah rancangan dasar, sebelum pada akhirnya dilakukan pengembangan draf tulisan. Biasanya gagasan utama digambar secara visual di bagian tengah kertas. Kemudian dilanjutkan dengan membuat bagian-bagian atau sub tema dari tema utama yang telah dibuat tersebut. Dibuat mebarik secara visual. Dari sub tema-sub tema tersebut berkembang lagi menjadi sub sub tema yang lebih detil dan lebih rinci. Untuk lebih jelasnya baca buku Tony Buzan (Mind Map) atau buku Quantum Learning yang telah dikembangkan oleh Bobby dePorter. Ketika proses penyusunan mind map selesai maka tibalah saatnya mengembangkan draf tulisan. Dengan adanya acuan menulis berupa sebuah kerangka dalam bentuk mind map yang menarik, maka akan mempermudah dalam proses penulisan. Pikiran yang sebelumnya tersendat, bisa jadi semakin lancar dan tentunya berdampak pada kelancaran proses penulisan. Ketika proses penulisan semakin meluas ke mana-mana maka mind map akan berperan sebagai komando dalam mengarahkan tulisan on the track. Tulisan yang dibuat akan menjadi lebih fokus dan terarah. Kontras dan cukup berbeda dengan teknik mind map, teknik freewriting mengajak kita menulis tanpa kerangka. Menulislah bebas sesukanya tanpa tersendat. Tanpa takut salah. Tanpa terikat aturan kaidah penulisan yang berlaku pada umumnya. Teknik ini lebih menekankan pada upaya mengalirkan pikiran dalam bentuk tulisan. Fokusnya bukan pada benar salahnya tulisan. Tapi fokus pada lancarnya pikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Otak manusia terdiri dari otak kiri dan otak kanan. Otak kanan lebih bersifat imajinatif, sementara otak kiri bersifat rasional kritis. Menulis dengan teknik freewriting lebih mendahulukan penggunaan otak kanan dibanding otak kiri. Otak kanan lebih "liar" mengalirkan gagasan. Sementara otak kiri berperan sebagai "editor" manakala proses freewriting selesai dilakukan. Ini mengingat sifatnya yang kritis memindai kata-kalimat-paragraf mana yang salah secara kaidah penulisan maupun konteks dan konten tulisan. Kedua teknik tersebut tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bagi saya ke dua teknik tersebut sangat penting dalam menulis. Keduanya sangat mempermudah saya dalam menulis. Baik tulisan yang bersifat ilmiah maupun tulisan populer. Mau pilih satu di antara dua silahkan. Pilih dua-duanya juga silahkan. Akhirnya semua itu kembali kepada kita masing-masing. Menulis dengan salah satu teknik itu, bagus. Menulis dengan ke dua teknik itu juga bagus. Yang kurang bagus adalah yang tidak menulis sama sekali. Semoga bermanfaat. Selamat menulis, #BeActiveWriter Korleko, 24 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar