Rabu, 31 Maret 2021

JAGA ANGOTA KELUARGA DARI PAPARAN PAHAM RADIKALISME

Awalnya saya tau informasi ini dari postingan Deddy Korbuzier di akun Youtubenya. Dalam video singkat yang diunggahnya, ia menjelaskan bahea telah terjadi aksi penembakan seseorang tak dikenal di lingkungan kantor mabes Polri di Jakarta. Deddy mengungkapkan betapa bodohnya aksi terorisme yang dilakukan itu. Alasannya, jenis senjata yang digunakan adalah sejenis senjata angin (air soft gun) yang tentunya tidak mematikan jika digunakan untuk menembak orang. Ia memperlihatkan sekilas foto seseorang yang diduga teroris tersebut sudah dalam keadaan tergeletak dan tak bernyawa dengan map kuning dan pistol yang terjatuh di dekatnya.

Saya kemudian menghentikan video Deddy dan beralih mencari informasi lebih detail tentang kasus tersebut. Saya kemudian menemukan berita dan video amatir yang menayangkan pergerakan pelaku beberapa saat sebelum akhirnya roboh akibat ditembus peluru aparat. 

Dalam video amatir yang beredar terlihat seorang perempuan mengenakan gamis, hijab dan masker berwarna hitam. Terlihat seuah map warna kuning ada didekapan tangannya sebelah kiri. Sementara tangan kanannya memegang senjata tembak berupa pistol yang diarahkan dan ditembakkan ke segala penjuru. Beberapa kali terdengar suara tembakan. Hal ini kemudian mengundang reaksi cepat dari pihak aparat kepolisian. Tak perlu waktu lama, dalam hitungan menit, pelaku berhasil dilumpuhkan dengan tembakan. Pelaku yang terkena tembakan langsung roboh dan tergeletak di halaman kantor Mabes Polri tersebut.

Beberapa mesia online memberitakan bahwa dalam waktu singkat pihak aparat kepolisian berhasil mengidentifikasi pelaku. Pihak berwenang langsung menggedah rumah pelaku dan memawa orang tua pelaku untuk dimintai keterangan. Ditemukan pula surat wasiat dari pelaku serta ucapan pamit di grup whatsapp. Selain itu pada postingan akun instagram pelaku ditemukan konten-konten yang sangat berkaitan erat dengan kelompok radikal teroris internasional ISIS.

Dalam surat wasiat yang ditulis pelaku dalam selembar kertas ia menyampaikan permohonan maafnya kepada seluruh keluarganya. Ia juga memberikan beberapa nasihat terutama agar menghindari bekerjasa dengan pemerintah yang disebutnya sebagai thagut. Dalam suratnya tersebut juga secara jelas disebutkan betapa anti dan bencinya ia tentang sistem demokrasi dan pancasila yang dianggapnya bertentangan dengan Alquran dan As sunnah. Hal itu ditekankan betul pada surat warisan tersebut kepada seluruh keluarganya.

Menurut hasil analisis dari pihak kepolisian tindakan terorisme yang dilakukan tidaklah terorganisir. Tapi bergerak sendri atau dikenal dengan istilah single wolf alone. Menurut keterangan tetangga pelaku dikabarkan bahwa keseharian pelaku cenderung menyendiri di rumah dan cenderung tertutup dan kurang bergaul. 

Pelajaran Berharga Bagi Kita

Pelaku penrmbakan di kantor mabes polri ini terbilang masih muda. Ia kelahiran 1995 yang berarti usuanya sekitar 25 tahun. Apa artinya semua ini? Bisa jadi ia menyelami sendiri informasi kemudian berkenalan dengan orang-orang berpikiran radikal yang kemudian mencuci otaknya (brain wash) sehingga ia mau dan berani malakukan tindakan radikal itu. 

Tentu peristiwa ini membuat kita miris. Karena kejadian ini hanya berselang beberapa hari setelah ledakan bom di salah satu gereja di kota Makasar Sulawesi Selatan. Tentu kita bertanya-tanya bagaimana peran orang tuanya dalam memantau perkembangan anaknya. Tidak adakah yang curiga dan menaruh rasa penasaran dengan kecenderungannya yang bersikap tertutup?

Kita mendapatkan pembelajaran berharga dari peristiwa ini untuk lebih serius memantau perkembangan seluruh anggota keluarga kita masing-masing. Kita patut bertanya dan berbicara serius jika menemukan gejala-gejala yang memungkinkan mereka terjerumus dan terpapar dalam dunia radikalisme. 

Kita perlu menyelami seperti apa pemikirannya, bagaimana sudut pandangnya, apa bacaan dan tontonannya, siapa tokoh idolanya dan sebagainya. Jika tidak maka bisa jadi kita hanya akan mendapatkan penyesalan semata. Dari peristiwa ini kita tersadarkan bahwa tidak selamanya menutup diri itu baik dan tidak selamanya banyak bergaul itu jahat. Itu semua tergantung bagaimana kita mengendalikannya. 

Keluarga memang menduduki peran utama dalam pendidikan anak. Namun itu saja tidak cukup, perlu peran-peran lain seperti peran pemerintah, tokoh agama, sekolah, tokoh masyarakat, media serta berbagai bahan bacaan dan tontonan. 

Akhirnya saya ingin menyampaikan bahwa telah nyata ancaman terorisme telah hadir di tengah-tengah kita. Kita harus waspada dan perlu langkah-langkah serus untuk mengantisipasinya. Perlu langkah-langkah nyata sebagai upaya mitigasinya. Peran kita semua sangat dibutuhkan demi terciptanya suasana aman damai di tengah kemajemukan kita dalam berbangsa dan bernegara.

--Hasrul Hadi

Dosen Universitas Hamzanwadi,




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEMBALI MENULIS

Akhirnya saya rindu juga menulis. Mengetik kan kata demi kata yang terangkai menjadi kalimat. Berlanjut menjadi paragraf demi paragraf. Mung...